Saya ingin Indonesia menjadi negara
yang cerdas, bukan hanya dalam teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi juga
dalam berpikir kritis, bermoral, dan memahami realitas sosial. Terlalu sering
rakyat Indonesia menjadi korban manipulasi informasi, janji politik yang
kosong, dan kebijakan yang tidak transparan. Saya ingin setiap warga indonesia
mampu berpikir kritis agar tidak mudah termakan oleh janji-janji politik atau
publik yang manifulatif. Berpikir kritis adalah keterampilan dasar yang
dibutuhkan dalam demokrasi. Tanpa
itu, rakyat bisa diarahkan oleh retorika tanpa
substansi Penelitian dari Siregar (2021) membuktikan bahwa berpikir
kritis berkorelasi positif terhadap kemampuan menyaring berita politis yang bias (r = 0,622) . Artinya,
bangsa yang kritis
tidak akan mudah dibelokkan
oleh narasi yang didesain untuk kepentingan sepihak.
Dibuktikan di jurnal
pengaruh model PBM dalam
pembelajaran PPKN terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap demokratis.
Mirisnya, pelaku dari semua ini bukanlah
bangsa lain, melainkan sesama bangsa sendiri.
Inilah yang membuat saya
berpikir bahwa kecerdasan rakyat bukan sekadar cita-cita, melainkan kebutuhan
mendesak. Saya ingin setiap warga negara mampu membaca situasi dan tidak mudah
dibodohi oleh kata-kata indah yang menutupi kepentingan sempit. Kecerdasan dalam
konteks ini bukan hanya akademik, melainkan melainkan kecerdasan sosial,
emosional, dan moral. Kepentingan pribadi sering menyusup ke dalam keputusan
kolektif, mulai dari pemilihan pemimpin
hingga kebijakan publik.
Untuk itu, civic literacy
atau literasi kewargaan harus ditanamkan sejak dini. Studi oleh Maulana
& Sari (2022) menunjukkan bahwa masyarakat
dengan civic literacy yang kuat cenderung menolak narasi sektarian dan memilih
berdasarkan nilai kebaikan bersama, bukan kepentingan golongan . Ini
menunjukkan pentingnya kesadaran kolektif untuk mencegah rakyat tertipu oleh
agenda tersembunyi dari kelompoknya sendiri.
Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang
berani berpikir sendiri, bertanya, dan mempertanyakan. Karena itu, menurut saya,
kemajuan Indonesia akan sangat bergantung pada seberapa cerdas
rakyatnya bukan hanya di bangku sekolah, tetapi dalam kehidupan
sehari-hari. Melalui esai ini, saya berharap menguraikan mengapa membangun bangsa
yang cerdas adalah kunci agar Indonesia tidak terus terjebak dalam kebohongan dari dalam, dan
bagaimana pendidikan, literasi, serta budaya berpikir kritis bisa menjadi fondasi
utama menuju Indonesia yang benar-benar merdeka
dalam berpikir dan bertindak dan dalam memperjanggung jawabkan.
Langkah-Langkah Mencapai
Tujuan
1. Meningkatkan akses pendidikan yang merata hingga
ke pelosok daerah.
2. Memasukkan literasi digital
dan berpikir kritis
sebagai kurikulum wajib sejak dini..
3. Mengadakan pelatihan literasi
media untuk masyarakat umum secara berkala.
4. Memperkuat peran guru dan tenaga
pendidik dalam membentuk siswa yang kritis
dan berintegritas.
5. Menyediakan platform digital
edukatif yang bisa diakses gratis
oleh masyarakat.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan diskusi
publik dan forum warga.
7. Membangun kesadaran kolektif
tentang bahaya manipulasi kepentingan melalui kampanye
publik.
Langkah Menuju
Indonesia Cerdas
●
Akses Pendidium Merata
●
Kurikulum Literas Digital
●
Pelatihan Media Masyarakat
●
Pendidikan guru kritis
●
Platform Edukatif Grafis
● Diskusi dan forum publik
● Kampanye anti-Manipulasi
Kesimpulan
Mewujudkan rakyat Indonesia yang cerdas agar tidak tertipu oleh kepentingan sendiri bukanlah hal instan. Diperlukan langkah strategis, kolaboratif, dan berkesinambungan mulai dari reformasi pendidikan, penguatan literasi digital, hingga pembangunan budaya kritis dalam masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran dan kecerdasan kolektif, kita tidak hanya menciptakan bangsa yang tahan terhadap manipulasi, tetapi juga bangsa yang mandiri, berdaya, dan mampu menentukan masa depannya sendiri.
Oleh: Naswa Aulia Zaharani
Dafar Pustaka
1.
Ulfa, D Prasetyo, M Marzuki
- Citizenship Jurnal Pancasila dan …, 2018 - core.ac.uk
2.
Sumber PDF dari CORE: Kemampuan
Berpikir Kritis Mahasiswa dalam Menyaring Berita Politik yang Bias oleh Siregar, 2021
3.
https://doi.org/10.47134/jpem.v2i1.568
4.
https://doi.org/10.61722/jipm.v2i4.208
5.
https://www.atlantis-press.com/proceedings/profunedu-24/125035058.pdf
6.
https://e-journal.unair.ac.id/MKP/article/download/63611/32790
0 komentar:
Posting Komentar