Indonesia dikenal sebagai negeri
dengan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Dari Sabang sampai Merauke,
berbagai destinasi wisata menawarkan daya tarik unik mulai dari keindahan
pantai, pegunungan, hingga tradisi budaya yang masih hidup. Di balik pesona
tersebut, terdapat pelaku-pelaku ekonomi kecil, yaitu Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan memperkaya pengalaman wisatawan
dengan berbagai produk dan layanan, seperti kuliner khas daerah, kerajinan
tangan, dan akomodasi. Maka dari itu, aku ingin Indonesia tidak hanya
mempromosikan keindahan wisatanya, tetapi juga mengoptimalkan potensi UMKM di
destinasi wisata agar produk-produk lokal mampu
menembus pasar global.
UMKM pariwisata seringkali menjadi
ujung tombak dalam mempromosikan destinasi wisata lokal serta memberikan
pengalaman yang autentik bagi para wisatawan. Dengan memanfaatkan keunikan
budaya dan keindahan alam Indonesia, UMKM di sektor ini mampu menjadi magnet
bagi pariwisata domestik maupun mancanegara. Meskipun memiliki peran strategis,
pengembangan UMKM di sektor pariwisata masih menghadapi berbagai
tantangan. Hal ini disebabkan karena,
banyak pelaku UMKM di daerah wisata belum memiliki kemampuan memanfaatkan
platform digital dan rendahnya daya saing. Berdasarkan data yang dikutip komenkop
UKM (2023) menurut laporan Kementerian Koperasi dan UKM (2023), dari lebih
dari 64 juta UMKM di Indonesia, hanya sekitar 22 juta yang telah
terdigitalisasi. Artinya, lebih dari 65% UMKM masih belum mampu mengakses pasar
online, padahal digitalisasi adalah kunci menembus pasar global.
Selain itu, menurut informasi yang
dikutip dari media Indonesia (2024) faktor yang menjadi kendala
adalah pembiayaan. Sebanyak 29,2 juta pelaku UMKM tidak mampu mengakses
pembiayaan lebih, karena keterbatasan dari keterjangkauan akses pembiayaan.
Banyak pelaku usaha di destinasi wisata masih bergantung pada modal pribadi
yang terbatas untuk produksi dan pengemasan. Di banyak destinasi wisata, UMKM
lokal justru tidak terlibat aktif dalam rantai pariwisata. Contohnya, suvenir
dan makanan yang dijual di kawasan wisata sering kali bukan produk lokal,
melainkan produk dari luar daerah. Ini menunjukkan lemahnya koordinasi antara
pemerintah daerah, pelaku wisata, dan UMKM.
Dalam studi kasus yang dikutip pada
jurnal riset dan pengabdian interdisipliner (2024). Di Kecamatan Kabila
Bone memiliki potensi pariwisata yang besar, namun pengembangannya masih
terhambat oleh beberapa faktor, seperti keterbatasan infrastruktur, rendahnya
kapasitas sumber daya manusia, dan tantangan dalam pelestarian budaya lokal.
Meskipun sektor pariwisata di daerah ini dapat memberikan dampak positif bagi
ekonomi lokal, kendala-kendala tersebut menghalangi maksimalnya pemanfaatan
potensi pariwisata yang ada. Sedangkan di Desa Kadugenep (Banten) produk asli
dari turun temurun berupa tas, anyaman bambu, sapu lidi, dan klakat berhasil
menembus pasar Eropa melalui pemasaran digital yang terstruktur oleh
Universitas Esa Unggul, merangkul strategi bauran pemasaran dan
packaging yang baik. Ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang
tepat, idealisme dapat diwujudkan.
Saya berharapan Indonesia dapat
lebih mengoptimalkan UMKM dari produk lokal ke pasar global ini bukan sekedar
mimpi, melainkan sebuah kebutuhan strategis. Di era digital saat ini, pasar
global sudah terbuka luas bagi siapa saja yang mampu menawarkan tambah,
kualitas, dan juga keunikan. Produk-produk lokal Indonesia dari kerajinan
tangan, makanan olahan, hingga produk berbasis budaya dapat memiliki potensi
besar untuk diminati di luar negeri. Untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah
mudah, diperlukannya sinergi dari berbagai pihak.
Melihat kenyataan tersebut, jelas
dibutuhkan pendekatan yang strategis dan menyeluruh agar idealisme ke realitas,
dibutuhkan beberapa langkah kongkret yang dapat dilakukan:
1.
Dalam
hal pembiayaan pemerintah pusat atau daerah dapat membentuk dana investasi
bersama (blended finance) yang melibatkan BUMN, swasta, dan lembaga
keuangan mikro untuk pendanaan UMKM di kawasan wisata. Atau dengan cara lain galang
kerja sama antara pelaku UMKM dengan pelaku wisata besar seperti hotel,
restoran, atau travel agency. Contoh: Hotel-hotel bekerja sama langsung
dengan pengrajin lokal untuk suvenir, atau dengan petani lokal untuk
pasokan bahan pangan.
2.
Dapat
memperluas pelatihan berbasis digital dan ekspor kepada pelaku UMKM di daerah
wisata. Edukasi mengenai standar
internasional, digital marketing, dan Bahasa asing. Sertifikasi halal, BPOM,
HACCP, dan lainnya juga penting untuk meningkatkan kepercayaan konsumen luar
negeri. Pelaku UMKM harus didorong untuk naik kelas, tidak hanya dalam hal
produksi tetapi juga dalam pengelolaan usaha dan daya saing.
3.
UMKM
dapat didorong untuk masuk ke platform digital dan e-commerce internasional
seperti Etsy, Amazon Handmade, Shopee International, dan lainnya.
Pemerintah dan swasta perlu menyediakan pendampingan agar pelaku UMKM melek
teknologi dan bisa memasarkan produk mereka secara digital ke luar negeri.
4.
Diadakannya
festival budaya dan event pariwisata dapat menjadi ajang promosi produk UMKM.
Selain itu, diplomasi budaya Indonesia di luar negeri, seperti pertunjukan
seni, pameran produk lokal, kuliner bisa dimanfaatkan untuk mengenalkan produk
unggulan dari berbagai daerah.
5.
Pelaku
UMKM perlu dijembatani dengan pelaku industri wisata seperti hotel, restoran,
dan agen perjalanan. Misalnya, oleh-oleh lokal bisa dijadikan welcome gift,
menu kuliner khas dijadikan bagian dari paket wisata, dan galeri UMKM
ditempatkan di area hotel. Ini akan membuka pasar bagi produk lokal ke
wisatawan mancanegara
Gambaran
proses mencapai tujuan
Dapat ditarik kesimpulannya, Indonesia
sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar, untuk menjadikan UMKM dalam
sektor pariwisata dan menembus pasar global. Meskipun pada realitas di lapangan
menunjukkan bahwa UMKM masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari
pembiayaan, keterbatasan digital, rendahnya daya saing produk, hingga kurangnya
kolaborasi dengan pelaku industri wisata. Akan tetapi dengan langkah-langkah
strategis seperti pelatihan, digitalisasi, kolaborasi, dan pengembangan produk
unggulan, UMKM tidak hanya akan bertahan di pasar lokal, tetapi juga
memungkinkan mampu tampil di pasar global. Ketika produk-produk lokal dari desa
wisata bisa dikenal dan dicintai dunia, maka kebangkitan ekonomi kerakyatan
akan benar-benar terwujud. Aku ingin Indonesia serius mengoptimalkan potensi
UMKM dalam sektor wisata Indonesia tidak akan hanya dikenal karena keindahan
alamnya saja, tetapi juga karena kekuatan ekonomi kreatif masyarakatnya.
Oleh: Aam
Amalia (20240110004_PBSIC-01)
0 komentar:
Posting Komentar