Rabu, 02 Juli 2025

Aku Ingin Indonesia Mengoptimalkan UMKM dalam Destinasi Wisata: Dari Produk Lokal ke Pasar Global

Indonesia dikenal sebagai negeri dengan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Dari Sabang sampai Merauke, berbagai destinasi wisata menawarkan daya tarik unik mulai dari keindahan pantai, pegunungan, hingga tradisi budaya yang masih hidup. Di balik pesona tersebut, terdapat pelaku-pelaku ekonomi kecil, yaitu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan memperkaya pengalaman wisatawan dengan berbagai produk dan layanan, seperti kuliner khas daerah, kerajinan tangan, dan akomodasi. Maka dari itu, aku ingin Indonesia tidak hanya mempromosikan keindahan wisatanya, tetapi juga mengoptimalkan potensi UMKM di destinasi wisata agar produk-produk lokal mampu menembus pasar global.

UMKM pariwisata seringkali menjadi ujung tombak dalam mempromosikan destinasi wisata lokal serta memberikan pengalaman yang autentik bagi para wisatawan. Dengan memanfaatkan keunikan budaya dan keindahan alam Indonesia, UMKM di sektor ini mampu menjadi magnet bagi pariwisata domestik maupun mancanegara. Meskipun memiliki peran strategis, pengembangan UMKM di sektor pariwisata masih menghadapi berbagai tantangan.  Hal ini disebabkan karena, banyak pelaku UMKM di daerah wisata belum memiliki kemampuan memanfaatkan platform digital dan rendahnya daya saing. Berdasarkan data yang dikutip komenkop UKM (2023) menurut laporan Kementerian Koperasi dan UKM (2023), dari lebih dari 64 juta UMKM di Indonesia, hanya sekitar 22 juta yang telah terdigitalisasi. Artinya, lebih dari 65% UMKM masih belum mampu mengakses pasar online, padahal digitalisasi adalah kunci menembus pasar global.

Selain itu, menurut informasi yang dikutip dari media Indonesia (2024) faktor yang menjadi kendala adalah pembiayaan. Sebanyak 29,2 juta pelaku UMKM tidak mampu mengakses pembiayaan lebih, karena keterbatasan dari keterjangkauan akses pembiayaan. Banyak pelaku usaha di destinasi wisata masih bergantung pada modal pribadi yang terbatas untuk produksi dan pengemasan. Di banyak destinasi wisata, UMKM lokal justru tidak terlibat aktif dalam rantai pariwisata. Contohnya, suvenir dan makanan yang dijual di kawasan wisata sering kali bukan produk lokal, melainkan produk dari luar daerah. Ini menunjukkan lemahnya koordinasi antara pemerintah daerah, pelaku wisata, dan UMKM.

Dalam studi kasus yang dikutip pada jurnal riset dan pengabdian interdisipliner (2024). Di Kecamatan Kabila Bone memiliki potensi pariwisata yang besar, namun pengembangannya masih terhambat oleh beberapa faktor, seperti keterbatasan infrastruktur, rendahnya kapasitas sumber daya manusia, dan tantangan dalam pelestarian budaya lokal. Meskipun sektor pariwisata di daerah ini dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal, kendala-kendala tersebut menghalangi maksimalnya pemanfaatan potensi pariwisata yang ada. Sedangkan di Desa Kadugenep (Banten) produk asli dari turun temurun berupa tas, anyaman bambu, sapu lidi, dan klakat berhasil menembus pasar Eropa melalui pemasaran digital yang terstruktur oleh Universitas Esa Unggul, merangkul strategi bauran pemasaran dan packaging yang baik. Ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat, idealisme dapat diwujudkan.

Saya berharapan Indonesia dapat lebih mengoptimalkan UMKM dari produk lokal ke pasar global ini bukan sekedar mimpi, melainkan sebuah kebutuhan strategis. Di era digital saat ini, pasar global sudah terbuka luas bagi siapa saja yang mampu menawarkan tambah, kualitas, dan juga keunikan. Produk-produk lokal Indonesia dari kerajinan tangan, makanan olahan, hingga produk berbasis budaya dapat memiliki potensi besar untuk diminati di luar negeri. Untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah, diperlukannya sinergi dari berbagai pihak.

Melihat kenyataan tersebut, jelas dibutuhkan pendekatan yang strategis dan menyeluruh agar idealisme ke realitas, dibutuhkan beberapa langkah kongkret yang dapat dilakukan:

1.     Dalam hal pembiayaan pemerintah pusat atau daerah dapat membentuk dana investasi bersama (blended finance) yang melibatkan BUMN, swasta, dan lembaga keuangan mikro untuk pendanaan UMKM di kawasan wisata. Atau dengan cara lain galang kerja sama antara pelaku UMKM dengan pelaku wisata besar seperti hotel, restoran, atau travel agency. Contoh: Hotel-hotel bekerja sama langsung dengan pengrajin lokal untuk suvenir, atau dengan petani lokal untuk pasokan bahan pangan.

2.     Dapat memperluas pelatihan berbasis digital dan ekspor kepada pelaku UMKM di daerah wisata.  Edukasi mengenai standar internasional, digital marketing, dan Bahasa asing. Sertifikasi halal, BPOM, HACCP, dan lainnya juga penting untuk meningkatkan kepercayaan konsumen luar negeri. Pelaku UMKM harus didorong untuk naik kelas, tidak hanya dalam hal produksi tetapi juga dalam pengelolaan usaha dan daya saing.

3.     UMKM dapat didorong untuk masuk ke platform digital dan e-commerce internasional seperti Etsy, Amazon Handmade, Shopee International, dan lainnya. Pemerintah dan swasta perlu menyediakan pendampingan agar pelaku UMKM melek teknologi dan bisa memasarkan produk mereka secara digital ke luar negeri.

4.     Diadakannya festival budaya dan event pariwisata dapat menjadi ajang promosi produk UMKM. Selain itu, diplomasi budaya Indonesia di luar negeri, seperti pertunjukan seni, pameran produk lokal, kuliner bisa dimanfaatkan untuk mengenalkan produk unggulan dari berbagai daerah.

5.     Pelaku UMKM perlu dijembatani dengan pelaku industri wisata seperti hotel, restoran, dan agen perjalanan. Misalnya, oleh-oleh lokal bisa dijadikan welcome gift, menu kuliner khas dijadikan bagian dari paket wisata, dan galeri UMKM ditempatkan di area hotel. Ini akan membuka pasar bagi produk lokal ke wisatawan mancanegara

Gambaran proses mencapai tujuan

Dapat ditarik kesimpulannya, Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar, untuk menjadikan UMKM dalam sektor pariwisata dan menembus pasar global. Meskipun pada realitas di lapangan menunjukkan bahwa UMKM masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari pembiayaan, keterbatasan digital, rendahnya daya saing produk, hingga kurangnya kolaborasi dengan pelaku industri wisata. Akan tetapi dengan langkah-langkah strategis seperti pelatihan, digitalisasi, kolaborasi, dan pengembangan produk unggulan, UMKM tidak hanya akan bertahan di pasar lokal, tetapi juga memungkinkan mampu tampil di pasar global. Ketika produk-produk lokal dari desa wisata bisa dikenal dan dicintai dunia, maka kebangkitan ekonomi kerakyatan akan benar-benar terwujud. Aku ingin Indonesia serius mengoptimalkan potensi UMKM dalam sektor wisata Indonesia tidak akan hanya dikenal karena keindahan alamnya saja, tetapi juga karena kekuatan ekonomi kreatif masyarakatnya.

Oleh: Aam Amalia (20240110004_PBSIC-01)

 


0 komentar:

Posting Komentar

Aku Ingin Masyarakat Indonesia Serius Mengikis Pembajakan Buku

  Pendahuluan   Obral buku bajakan akan tetap laris terutama ketika harga buku asli dirasa begitu mencekik. Situasi ini kerap dialami ol...