Jumat, 04 Juli 2025

AKU INGIN INDONESIA MENJADI NEGARA LITERASI DUNIA

“Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu, mari jatuh cinta.”

-Najwa Shihab

 

Literasi merupakan kemampuan seseorang dalam memahami informasi pada saat membaca dan menulis. Terutama dalam membaca, di era modern seperti sekarang, membaca menjadi salah satu kunci penting untuk menghadapi tantangan zaman. Dengan meningkatkan minat terhadap literasi membaca, baik individu maupun masyarakat akan mendapatkan banyak manfaat seperti memperluas wawasan, menambah kosa kata, meningkatkan konsentrasi dan daya ingat, mengurangi stres, hingga dapat memperbaiki kualitas hidup. Selain itu, kebiasaan dalam membaca juga dapat melatih seseorang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, membiasakan diri untuk membaca meskipun hanya satu atau beberapa halaman setiap hari, jika itu dilakukan secara konsisten, hal kecil ini bisa menjadi sebuah investasi yang akan membawa dampak besar bagi masa depan, baik untuk diri sendiri maupun untuk kemajuan bangsa.

Tingkat minat literasi membaca di Indonesia masih sangat memiliki potensi untuk ditingkatkan. Penting bagi pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk terus selalu bekerja sama dalam meningkatkan minat literasi. Karena, dengan tingkat minat literasi yang tinggi, bukan tidak mungkin Indonesia dapat meraih kemajuan yang lebih besar dalam berbagai bidang, baik sosial, politik, maupun ekonomi. Literasi di Indonesia memang mengalami peningkatan, tetapi masih jauh dari apa yang diharapkan. Data menunjukkan bahwa literasi membaca atau tingkat kegemaran membaca di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, tetapi jika dihitung dalam tingkat Internasional, Indonesia masih berada di level rendah. Berbeda dengan negara-negara seperti Finlandia, Norwegia, Swedia, dan Belanda. Negara-negara tersebut dikenal dengan budaya literasi membaca yang sangat tinggi. Dikarenakan negara ini memiliki budaya literasi membaca yang kuat sejak usia dini. Yang artinya, mereka di sana sudah diajarkan betapa pentingnya kebiasaan membaca, sejak seseorang masih kecil.

Menurut Diyan Sari (2025), Indeks Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) masyarakat Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), skor TGM masyarakat Indonesia pada tahun 2024 mencapai 72,44. Angka ini merupakan lompatan positif yang mengindikasikan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya membaca. Peningkatan TGM tahun 2024 sebesar 72,44 ini patut disyukuri, mengingat angka ini sebenarnya telah melampaui target dari apa yang ingin dicapai pada tahun 2024, yaitu sekitar 71,3 dan menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya, yakni 66,77 pada tahun 2023. Jika ditarik lebih jauh ke belakang, tren positif ini semakin terlihat jelas. Pada tahun 2022, TGM masyarakat Indonesia berada di angka 63,9 sementara pada tahun 2021, angkanya masih berada di kisaran 59,52 yang poinnya tidak berbeda jauh dengan tahun 2020 yaitu 55,74. Perkembangan ini menggarisbawahi upaya kolektif yang berhasil memacu minat baca di kalangan masyarakat. Meskipun demikian, skor 72,44 ini masih menempatkan TGM masyarakat Indonesia dalam kategori “sedang”. Skala kategori sedang sendiri memiliki rentang nilai antara 50,1 hingga 75. Hal ini berarti, walau sudah lebih baik, perjalanan untuk menjadikan membaca sebagai budaya yang kuat dan mengakar masih memerlukan upaya yang berkelanjutan.



Selain itu, pada tingkat ASEAN tahun 2023, Indonesia berada pada posisi kelima dalam hal tingkat literasi membaca dan kemudian pada tahun 2024 Indonesia kembali mengalami peningkatan yang signifikan, sehingga Indonesia berada pada posisi ketiga sebagai negara dengan tingkat literasi tertinggi di Asia Tenggara, tepat setelah Singapura dan Thailand. Menurut Noorzhafirah (2024), pada tahun 2023 negara-negara Asia Tenggara merilis pembaruan terbaru mengenai tingkat literasi mereka. Data ini diperoleh dari institusi pemerintah resmi masing-masing negara, seperti badan statistik, kementerian, dan departemen pendidikan. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Seasia, Indonesia berhasil menduduki peringkat ke-5 tingkat literasi Asia Tenggara tertinggi dengan persentase 96,53%. Meski tertinggal dari negara-negara posisi atas seperti Brunei Darussalam (99,77%) di posisi pertama, Vietnam (98,63%) di posisi kedua, Singapura (97,6%) di posisi ketiga, dan Filipina (97,0%) di posisi keempat. Peningkatan ini menjadi bukti komitmen Indonesia dalam meningkatkan literasi.

Sedangkan pada tahun 2024, Dilansir dari data terbaru CEOWORLD Magazine, Singapura berada di peringkat teratas dengan rata-rata warganya membaca 6,72 buku per tahun, diikuti oleh Thailand dengan 6,37 buku, dan Indonesia menempati peringkat ketiga dengan rata-rata 5,91 buku per tahun. Rata-rata warga Indonesia menghabiskan waktu 129 jam per tahun untuk membaca, hal tersebut menjadikan negara ini sebagai salah satu negara dengan tingkat literasi tertinggi di Asia Tenggara. Semetara itu, Filipina berada di posisi keempat dengan rata-rata 5,59 buku dan 123 jam membaca per tahun, sementara Vietnam dan Malaysia, masing-masing di peringkat lima dan enam dengan 5,54 dan 5,49 buku per tahun. Kamboja dan Myanmar berada di peringkat bawah dengan rata-rata hanya sekitar 3 hingga 4 buku per tahun, diikuti oleh Brunei yang menempati posisi terakhir dengan hanya 2,59 buku per tahun dan 60 jam membaca (Nher Leo Lede, 2024).



Dari data-data tersebut, menunjukkan bahwa tingkat kegemaran atau minat baca di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahunnya. Tingkat kegemaran membaca yang Indonesia miliki cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN, meskipun Indonesia belum berada pada posisi puncak. Tetapi, dengan tingkat kegemaran membaca yang terus mengalami peningkatan, bukan tidak mungkin Indonesia dapat berada pada posisi dunia atau menjadikan negara dengan tingkat literasi tertinggi di dunia.

Menurut Dhelly Ramadhon Tambunan (2024), Berdasarkan data terbaru dari CEOWORLD Magazine tahun 2024. Di tingkat global, Indonesia berada di peringkat ke-31 dari 102 negara yang disurvei, dengan rata-rata membaca 5,91 buku per tahun, setara dengan 129 jam per tahun. Berbeda dengan Singapura yang menduduki peringkat ke-14, dengan rata-rata membaca 6,72 buku per tahun yang setara dengan 155 jam per tahun. Hal ini tentu menjadi motivasi bagi negara-negara tetangga untuk meningkatkan budaya literasi guna mendukung kemajuan pendidikan dan pengetahuan masyarakat.

Maka dari itu, untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara literasi dunia perlu adanya upaya atau langkah-langkah yang harus dilakukan. Hal ini tentu tidak akan bisa dicapai dengan waktu yang singkat, melainkan membutuhkan waktu atau proses yang cukup panjang serta diperlukan adanya kerja sama dari berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan, maupun masyarakat. Tentunya dengan menjalin kerja sama yang yang kuat antara pemerintah maupun masyarakat, upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara literasi dunia akan lebih mudah tercapai, dengan begitu diharapkan negara Indonesia dapat terus tumbuh menjadi negara yang bukan hanya cerdas, tetapi juga kritis dan berwawasan luas.  Lalu apa yang harus dilakukan agar Indonesia menjadi negara literasi dunia?

Berikut adalah upaya atau langkah-langkah yang harus dilakukan agar Indonesia menjadi negara literasi dunia yaitu:

1. Membangun Kesadaran terhadap Diri Sendiri

Langkah awal yang paling penting dan sederhana adalah dimulai dari diri sendiri. Seseorang harus menyadari bahwa membaca sangat penting untuk dilakukan, mengapa? Karena hanya dengan membaca saja seseorang akan dapat berbagai manfaat, seperti memperluas wawasan, menambah kosa kata, meningkatkan konsentrasi dan daya ingat, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mengurangi stres, hingga dapat memperbaiki kualitas hidup. Dengan memiliki kesadaran ini, maka semangat literasi akan tumbuh dengan sendirinya dan menjadikan membaca sebagai bagian dari kebiasaan.

2. Menumbuhkan Budaya Literasi dari Lingkungan Keluarga

Langkah kedua yaitu menumbuhkan literasi dari lingkungan keluarga. Peran keluarga atau orang tua sangat penting untuk membentuk kebiasaan seseorang dalam membaca, terutama pada anak-anak. Orang tua dapat membantu menumbuhkan minat baca terhadap anak-anak dengan cara yang sederhana, seperti membacakan dongeng saat anak hendak ingin tidur, menyediakan buku buku menarik atau buku-buku yang dapat anak-anak sukai di rumah, dan menjadwalkan sedikit waktu untuk membaca sebagai kegiatan bersama. Jika kebiasaan ini dibangun sejak kecil, maka anak-anak akan tumbuh menjadi seseorang yang gemar membaca dan rasa ingin tahu terhadap banyak hal akan tercipta di dalam dirinya.

3. Memperkuat Budaya Literasi di Lingkungan Sekolah

Langkah yang ketiga yaitu memperkuat literasi di lingkungan sekolah. Selain di lingkungan keluarga, sekolah juga memiliki peran penting untuk menumbuhkan minat baca terhadap seseorang. Penting untuk seorang guru dan pihak sekolah membantu membentuk kebiasaan seorang siswa dalam hal minat baca. Pihak sekolah dapat melakukan berbagai kegiatan guna meningkatkan minat baca bagi siswa. Kegiatan tersebut bisa seperti mengadakan pojok baca di setiap kelas, literasi bersama, diskusi buku, dan mengadakan lomba literasi, misalnya kompetisi lomba membaca buku sebanyak-banyaknya dan menceritakan kembali terhadap buku yang telah siswa baca, kegiatan tersebut adalah salah satu cara yang menarik untuk dilakukan. Selain itu, seharusnya guru tidak hanya bertugas dalam mengajarkan pelajaran, tetapi guru juga dapat mengajak siswa untuk membaca buku di luar mata pelajaran atau seorang guru dapat menyuruh siswa membaca setiap 10-15 menit sebelum pelajaran dan kemudian siswa menceritakan kembali isi buku yang telah ia baca. Dengan begitu, kegiatan belajar mengajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Sekolah yang mendukung kegiatan literasi maka akan menghasilkan siswa yang aktif, kritis, kreatif, dan inovatif.

4. Memperluas Akses terhadap Bahan Bacaan

Langkah yang selanjutnya yaitu memperluas atau memperbanyak akses terhadap bahan bacaan. Salah satu hambatan besar dalam meningkatkan literasi membaca di Indonesia adalah keterbatasan akses terhadap bahan bacaan, terutama di desa atau daerah-daerah yang jauh dari kota. Banyak orang yang ingin membaca tetapi terhalang oleh akses terhadap buku atau perpustakaan. Banyak orang juga yang mengeluh terhadap buku-buku yang dijual di pasaran itu terlalu mahal. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk memperluas bahan bacaan atau menyediakan fasilitas terhadap bahan bacaan. Dalam hal ini, pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama untuk membantu meningkatkan minat baca di masyarakat terutama di daerah-daerah yang jauh dari kota. Untuk itu, dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menghadirkan taman bacaan, membuat pojok baca, perpustakaan berjalan di setiap desa dan mengedukasi masyarakat tentang platform literasi digital yang bisa digunakan dan mudah diakses oleh siapa saja dan kapan saja. Karena jika semakin mudah seseorang mendapatkan buku, maka semakin mudah juga seseorang dapat meningkatkan minat baca.

5. Membuat Kebijakan yang Berkelanjutan

Langkah yang terakhir adalah membuat kebijakan yang berkelanjutan. Selain dari pihak individu, keluarga, sekolah, maupun masyarakat, pihak pemerintah juga sangat berperan penting dalam meningkatkan minat baca di Indonesia. Pemerintah dapat melakukan berbagai cara dan menyusun program-program literasi yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi juga bersifat jangka panjang atau berkelanjutan, serta diharapkan program-program ini dapat menjangkau ke seluruh wilayah, termasuk daerah-daerah yang jauh dari kota. Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan oleh pemerintah yaitu adalah membentuk dan mendukung komunitas literasi di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Komunitas-komunitas ini dapat menjadi sosok penggerak yang dapat meningkatkan minat baca di Indonesia. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh komunitas literasi diantaranya seperti mengadakan diskusi buku yang bisa dilakukan setiap satu minggu sekali, bedah buku, literasi bersama, atau bahkan membuat perpustakaan mini yang dapat dikelola secara mandiri. Tentunya kehadiran komunitas ini tidak hanya dapat membuat literasi menjadi kegiatan yang hidup, tetapi literasi dapat menjadi sarana untuk saling bersosialisasi dengan masyarakat. 

Selain itu, pihak pemerintah juga bisa mengembangkan dan membuat platform digital membaca yang menarik dan sesuai dengan tren anak muda, misalnya aplikasi membaca berbasis vidio pendek seperti TikTok. Platform ini dapat menghadirkan konten-konten literasi yang dapat menggugah seseorang dalam membaca, seperti ringkasan buku, rekomendasi buku, ataupun ulasan-ulasan singkat dari bahan bacaan yang disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Sehingga, seseorang dapat memunculkan rasa penasaran dan kemudian seseorang dapat tertarik untuk membaca. Dengan aplikasi platform seperti ini, membaca tidak akan lagi dianggap membosankan dan malas untuk dilakukan, melainkan membaca bisa menjadi aktivitas seru untuk dilakukan.

Berikut adalah sebuah gambar, yang berisi poin-poin penting untuk memudahkan pemahaman.



Negara Indonesia memang terkenal dengan negara yang memiliki tingkat literasi yang rendah, hal ini terbukti dari masyarakatnya yang masih belum sepenuhnya gemar terhadap membaca. Meskipun begitu, menurut data-data yang telah disajikan, Indonesia ternyata menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam tingkat literasi membaca, baik secara nasional maupun di tingkat ASEAN. Rata-rata Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) di Indonesia terus bertambah di setiap tahunnya. Meskipun, budaya literasi membaca di Indonesia belum sepenuhnya tumbuh dan belum menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sebuah upaya nyata untuk meningkatkan budaya literasi membaca, yang dimulai dari diri sendiri yaitu sadar terhadap pentingnya membaca, lalu didukung oleh peran aktif keluarga dalam menumbuhkan minat baca, kemudian diperkuat oleh lingkungan sekolah, serta akses bahan bacaan yang mendukung dan membuat kebijakan yang berkelanjutan. Semua hal tersebut bisa menjadi langkah penting untuk meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat dan menjadikan kegiatan membaca sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Jika semua pihak, baik dari individu, keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah, terus menjalin kerja sama yang kuat dalam meningkatkan budaya literasi, maka menjadikan Indonesia sebagai negara literasi dunia bukanlah hal yang mustahil. Dengan budaya literasi yang tumbuh di kalangan masyarakat, seseorang pasti akan gemar terhadap membaca dan akan membentuk pribadi yang cerdas, kritis, dan berwawasan luas. Semua itu pasti bisa terwujud jika kita memulainya dari langkah kecil, yaitu membuka buku, membaca dan terus membaca. Untuk itu, mari kita tumbuhkan minat baca demi kemajuan bangsa. Jika bukan dimulai dari diri sendiri, siapa lagi yang akan membawa Indonesia menjadi negara literasi?


Oleh: Riyan Nur Saputra (20240110018_PBSIC-02)


DAFTAR PUSTAKA

 

Dhelly Ramadhon, T. (2024). Peringkat Minat Membaca di Kawasan ASEAN. Diakses pada 12 Juni 2025, dari https://www.rri.co.id/hobi/1221547/peringkat-minat-membaca-di-kawasan-asean

Diyan Sari, (2025). Tingkat Kegemaran Membaca Indonesia Terus Naik. Diakses pada 12 Juni 2025, dari https://goodstats.id/article/indeks-tingkat-kegemaran-membaca-indonesia-meningkat-jlMJL

Nher Leo, L. (2024). Tingkat Kegemaran Membaca buku di ASEAN Tahun 2024. Diakses pada 12 Juni 2025, dari https://www.rri.co.id/hiburan/1004340/tingkat-kegemaran-membaca-buku-di-asean-tahun-2024

Noorzhafirah, (2024). Tingkat Literasi di Asia Tenggara, Indonesia Masuk Nomor Lima. Diakses pada 11 Juni 2025, dari https://data.goodstats.id/statistic/tingkat-literasi-di-asia-tenggara-indonesia-masuk-nomor-lima-xUn6F

Rafa Sukoco, (2024). Literacy Rate in Southeast Asia, 2023. Diakses pada 11 Juni 2025, dari https://seasia.co/infographic/literacy-rate-in-southeast-asia-2023

 


0 komentar:

Posting Komentar

Aku Ingin Masyarakat Indonesia Serius Mengikis Pembajakan Buku

  Pendahuluan   Obral buku bajakan akan tetap laris terutama ketika harga buku asli dirasa begitu mencekik. Situasi ini kerap dialami ol...