Literasi adalah fondasi utama dalam membangun bangsa yang berdaulat dan mandiri. Di tengah era digitalisasi global, kemampuan literasi bukan hanya menjadi tolak ukur kemajuan individu, tetapi juga indikator kualitas suatu peradaban. Indonesia memiliki peluang besar untuk tumbuh menjadi bangsa literasi yang unggul. Data Badan Pusat Statistik (2023) menunjukkan bahwa tingkat melek huruf penduduk usia 15 tahun sudah mencapai sekitar 96 persen. Namun, kenyataan ini masih menyisakan pekerjaan rumah besar: budaya literasi yang belum sepenuhnya mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Minat baca yang rendah dan ketimpangan akses literasi antara kota dan desa menjadi tantangan serius yang harus segera diatasi agar Indonesia dapat tumbuh bersama literasi.
Keluarga sebagai unit terkecil
dalam masyarakat memiliki peran sentral dalam menumbuhkan budaya literasi. Ketika orang tua menanamkan
kebiasaan membaca, berdiskusi, dan mengapresiasi buku sejak dini, anak-anak
akan tumbuh menjadi generasi yang cinta literasi. Perempuan, khususnya ibu
rumah tangga, memegang peran penting dalam menciptakan lingkungan rumah yang
kaya akan aktivitas literasi. Mereka dapat memulai dari hal sederhana seperti
membacakan cerita sebelum tidur, mengajak anak mengunjungi perpustakaan, hingga
membimbing anak untuk mengenali media informasi yang bermanfaat. Literasi bukan
hanya soal kemampuan membaca dan menulis, melainkan juga kecakapan berpikir
kritis, memahami, dan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
sejalan dengan pandangan UNESCO (2017) bahwa literasi merupakan hak dasar
manusia dan sarana pemberdayaan menuju pembangunan berkelanjutan.
Selain keluarga, pemuda-khususnya
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)-memiliki tanggung jawab
moral dalam mengembangkan literasi bangsa. Pemuda PBSI mampu memanfaatkan bahasa dan sastra sebagai media membangkitkan
kesadaran literasi melalui karya tulis, pertunjukan teater, atau kampanye
literasi digital. Mereka juga dapat menjadi agen perubahan dengan merancang program-program
literasi berbasis komunitas, seperti rumah baca desa, pelatihan menulis, dan
pojok baca sekolah. Kemampuan komunikasi dan kreativitas pemuda menjadi modal
strategis dalam membangun ekosistem literasi yang berkelanjutan, apalagi di era
digital di mana penyebaran gagasan dapat menjangkau masyarakat luas hanya
dengan sekali klik.
Mewujudkan Indonesia yang tumbuh bersama literasi membutuhkan ekosistem yang mendukung. Pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, dan sektor swasta harus bersinergi dalam memperluas akses terhadap bahan bacaan bermutu, membangun infrastruktur literasi seperti perpustakaan desa dan taman bacaan, serta menghadirkan program literasi berbasis teknologi. Langkah-langkah strategis tersebut harus diiringi kampanye budaya baca yang intensif agar masyarakat menyadari pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan memiliki peran penting dalam gerakan literasi nasional. Melalui
pembelajaran bahasa yang kontekstual dan kreatif, generasi muda dapat
dikenalkan pada nilai-nilai cinta tanah air, tanggung jawab sosial, dan
keberagaman budaya. Sastra, sebagai bagian dari literasi, menjadi sarana refleksi
untuk menggugah empati terhadap realitas
sosial seperti perjuangan petani, pelestarian alam,
dan kearifan lokal.
Beberapa langkah nyata untuk
membangun ekosistem literasi dapat dimulai dari revitalisasi taman bacaan
masyarakat, integrasi literasi digital dalam kurikulum sekolah, hingga
penyediaan aplikasi buku elektronik gratis yang mudah diakses. Pemerintah
daerah dapat menggandeng komunitas literasi untuk menyelenggarakan festival
literasi, lomba menulis, dan pameran buku lokal.
Masyarakat yang tumbuh bersama
literasi adalah masyarakat yang siap menghadapi tantangan zaman. Literasi bukan
hanya modal untuk meningkatkan kualitas SDM, tetapi juga pilar penting dalam
mewujudkan bangsa yang berdaulat, mandiri, dan berkarakter.
Daftar Pustaka
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. (2020). Strategi Nasional Literasi 2020-2024. https://gln.kemdikbud.go.id
UNESCO.(2017).Literacy
for Sustainable
Development. https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000259017
Perpustakaan
Nasional RI. (2020). Indeks Pembangunan Literasi Badan Pusat Statistik. (2023).
Statistik Pendidikan 2023. https://www.bps.go.id
Katadata.
(2021). Minat Baca Indonesia Masih Rendah, Ini Buktinya. https://katadata.co.id
Masyarakat. https://www.perpusnas.go.id
Oleh: Muhammad Asep Alfarajel (20240110020_PBSI-01)
0 komentar:
Posting Komentar