Potensi Indonesia untuk menjadi negara yang kaya, maju, dan sejahtera sangatlah besar dengan beribu pulau, luas wilayah, banyaknya sumber daya alam dan warga negara yang berjumlah 270 juta jiwa sangatlah memungkinkan apabila ingin jadi negara dengan devisa tinggi dan beranjak dari negara berkembang, dengan catatan semua sumber daya dikelola dengan baik. Tapi bisa juga jadi tantangan apabila pengelolaannya, kebijakannya tidak baik. Semua kekayaan yang ada di Indonesia haruslah dikelola oleh manusia modern yang berkualitas. Untuk mencapai semua cita-cita tersebut harus dimulai dengan pendidikan yang baik. Menurut TOPUNIVERSITIES, Universitas Gadjah Mada yang merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia hanya menempati ranking ke 239 dunia. Berbeda dengan universitas terbaik tetangga tidak usah jauh jauh saja ada di Malaysia namanya Universitas Malaya menempati peringkat ke 60 dunia. Padahal dengan biaya yang relatif tidak jauh berbeda tapi kualitasnya sangat jauh. Indonesia tertinggal masalah pendidikan karna kurikulum yang terus berganti dan belum menemukan racikan yang pas. Yang terakhir asal jiplak dari negara maju dan gagal diterapkan di Indonesia; yang terjadi malah daya juang belajar menurun, kemampuan dasar yang harusnya dikuasai seperti membaca dan menghitung saja tidak bisa tidak jarang ditemukan di anak yang bahkan sudah SMA, semuanya karna Ujian Nasional dihilangkan dan tidak adanya tidak naik kelas.
Bukan sepenuhnya salah si anak, tapi ada
kesalahan di orang dewasanya, yang punya tanggung jawab lebih, punya kewajiban
untuk membuat generasi penerus lebih baik; memberikan pendidikan dasar.
Kewajiban negara pula yang membuat kebijakan, mengelola dana, dan suber daya.
Tapi kebijakan sebagus apapun tidak akan berjalan dengan baik apabila semua
rakyatnya tidak bisa diajak maju, tidak bisa diajak kerjasama. Rakyat harus
sama-sama paham duduk masalahnya dan bagaimana solusi yang baik yang harus
diambil berdasarkan fakta dan bukti konkret bukan sekedar asumsi. Metode
pendidikan harus desesuaikan dengan kondisi masyarakat yang mau dididik.
Bagaimana kemampuan peserta didik secara umum, bagaimana kompetensi guru secara
umum. Negara-negara yang berhasil mencapai peningkatan kualitas pendidikan dan
SDM dengan baik, adalah negara yang tau posisinya dimana dan
menerapkan metode pendidikan sesuai dengan level negaranya. Jadi negara yang
levelnya 1 mau ke 2 akan beda metodenya dengan negara yang levelnya 4 mau ke 5.
Tidak bisa yang levelnya 1 tapi menggunakan metode yang 4 langsung. Bagaimana
dengan Indosesia? Indonesia berada di level 1.
Untuk bisa melakukan peningkatan kualitas
pendidikan dengan baik harus terpenuhi dulu dua titik tumpu:
1.
Pendidik atau Guru
Isu kesejahteraan guru itu penting adalah
benar, tapi tidak kalah penting juga adalah isu kompetensi pendidik. Guru harus
dipastikan punya kemampuan dasar yang baik dan punya kemampuan untuk
mengajarkan kemampuannya kepada orang lain. Karna ada banyak sekali guru yang
diberi kurikulum baru tapi tidak diaksanakan dengan baik malah tetap melakukan
kurikulum sebelumnya dikarenakan kemampuan guru tersebut tidak bisa menguasai
kurikulum yang baru. Intinya, guru harus kompeten, harus top, yang bisa
menyampaikan ilmunya kepada orang lain, bisa memanfaatkan teknologi, dan
disejahterkan dengan gaji yang sepadan.
2.
Pelaksanaan
Indonesia perlu punya sistem yang memastikan
kompetensi itu dicapai oleh peserta didik. Salah satunya harus ada assessment berstandar nasional yang
menjadi alat ukur orang layak atau tidaknya orang masuk ke jenjang berikutnya.
Tidak bisa membiarkan anak yang tidak layak naik kelas naik kelas terus, yang
harusnya tidak lulus diluluskan. Masalah di suatu jenjang sekolah itu akarnya dari jenjang SD, harus ada
penilaian yamg mengukur perkembangan minimal yang dicapai. Jangan sampai
tiba-tiba disuruh membuat makalah padahal struktur kalimat belum menguasai.
Jadi harus ada kebijakan yang baik dari
pemangku kebijakan atau di Indonesia depegang oleh
Kemendikbud. Libatkan semua sumber daya yang
ada; guru-gurunya yang berpengalaman. Untuk memastikan semua progres benar
terjadi harus ada evaluasi dari pihak yang bukan dari pihak pembuat kebijakan
itu sendiri. Harus ada lembaga khusus yang independen, yang diisi orang-orang
kompeten yang paham isunya, yang paham duduk perkaranya, yang bisa melakukan assessment. Dan mereka akan fokus ke
mengukur capaian pembelajaran seperti apa, hasil evaluasinya yang akan jadi
pijakan untuk semuanya mengambil keputusan terkait pendidikan. Pemerintah bisa
menggaet mungkin pakar, universitas, lembaga riset, dan profesional. Setelah
evaluasi dilakukan dengan baik, baru bisa diberikan insentif ke guru, sekolah,
yang layak, untuk yang berhasil melakukan keberhasilan meningkatkan kemampuan
dasar peserta didik. Guru harus ada pre-test
nasional sebelum anak masuk sekoah guru harus tau kemampuannya sudah sampai
mana, performa sekolah dan pengajar diukur dari loncatan perkembangannya.
Pendidikan publik adalah tanggung jawab bersama. Kalau kemampuan dasarnya tidak
kuat apapun programnya atau kurikulumnya akan tidak berjalan. Hancur. Pondsasinya harus kuat. Semakin banyak warga
Indonesia yang sadar, semakin cepat pula sistem pendidikan di Indonesia berprogres
ke arah yang lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar