Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat manufaktur robotika dan otomasi di kawasan bahkan dunia. Sejak diluncurkannya inisiatif Making Indonesia 4.0 pada tahun 2018, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah mendorong adopsi teknologi seperti robot dan kecerdasan buatan (AI) lewat platform seperti PIDI 4.0. Targetnya bukan main-main: meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 25% serta menciptakan 10 juta lapangan kerja baru pada tahun 2030. Dukungan ini didukung pula oleh proyeksi McKinsey yang menyebut bahwa sektor otomasi bisa menambah GDP Indonesia sebesar 2,8 triliun dolar AS pada tahun 2040, atau setara dengan pertumbuhan 0,55% per tahun.
Nilai ekonomi digital di Asia
Tenggara juga diprediksi mencapai 1 triliun dolar AS pada 2030, di mana
sepertiganya akan berasal dari Indonesia. Di sektor elektronik dan robotika,
perusahaan-perusahaan seperti PT INTI meyakini bahwa Indonesia memiliki peluang
besar menjadi pemain global karena pasar domestik yang besar serta ketersediaan
sumber daya manusia teknis yang memadai. Semua indikator ini menunjukkan bahwa
Indonesia memiliki tiga modal utama: dukungan pemerintah, kesiapan pasar, dan
tenaga kerja yang mulai diarahkan ke sektor teknologi masa depan.
Dalam konteks ini, harapan terhadap
Indonesia pun menguat. Negara ini diharapkan mampu menjelma menjadi kekuatan
teknologi global sejalan dengan visi “Indonesia Emas 2045” yang menargetkan
Indonesia menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-4 atau ke-5 dunia. Indonesia
juga diarahkan menjadi pusat manufaktur pintar dan robotika di kawasan Asia,
dengan standar operasi global dan teknologi mutakhir. Bahkan lebih jauh,
Indonesia diharapkan menjadi pencipta nilai tinggi serta lapangan kerja baru
dari SDM digital yang siap memimpin industri masa depan.
Namun, harapan saja tidak cukup.
Dibutuhkan strategi dan tahapan konkret untuk membangun ekosistem robotika dan
otomasi yang berkelanjutan. Langkah pertama adalah melakukan inventarisasi
kekuatan lokal, dengan mengidentifikasi institusi, universitas, investor, serta
perusahaan yang relevan. Pemerintah juga harus memahami kesenjangan kompetensi,
infrastruktur, dan pendanaan. Selanjutnya, perlu diciptakan nilai tambah nyata
melalui proyek percontohan seperti penggunaan robot industri di UMKM atau otomatisasi
dalam logistik. Pusat demonstrasi seperti PIDI 4.0 harus dikembangkan agar
semua pihak dapat melihat hasil nyata dan terinspirasi untuk bergabung.
Tahap ketiga adalah membangun
kemitraan strategis antara pemerintah, industri, dan akademisi. Pertukaran
pengetahuan dengan negara-negara maju seperti Korea Selatan dan Jerman dapat
mempercepat proses ini. Perusahaan besar seperti Telkom, Google Cloud, atau
Ericsson bisa dilibatkan dalam pembangunan infrastruktur digital seperti 5G dan
Internet of Things. Pembangunan SDM menjadi langkah krusial berikutnya.
Pelatihan coding, data science, AI, dan robotika harus ditingkatkan melalui
beasiswa, bootcamp, dan sertifikasi, yang bisa dipusatkan melalui lembaga
seperti PIDI 4.0.
Regulasi juga perlu diarahkan agar
mendukung inovasi: mulai dari insentif fiskal, proteksi pasar, hingga
penyederhanaan perizinan bagi investor. Terakhir, ekspansi pasar dan kolaborasi
global harus dibuka lebar. Hackathon, simposium, dan pameran robotika bisa
mempertemukan inovator dengan investor, sementara ekspor teknologi seperti
robot pertanian dan manufaktur ke pasar ASEAN dan global menjadi peluang nyata.
Cara Membangun Ekosistem (Tahapan)
Berikut diagram proses membentuk
ekosistem robotika-otomasi:
Sebagai kesimpulan, Indonesia
memiliki semua komponen penting untuk menjadi pusat robotika dan otomasi dunia:
pasar yang besar, dukungan pemerintah yang kuat, SDM yang sedang berkembang,
dan semangat kolaborasi lintas sektor. Yang diperlukan kini adalah membangun
ekosistem secara terencana, konsisten, dan kolaboratif. Jika semua tahapan
dilakukan secara sinergis, maka Indonesia tidak hanya akan menjadi pengguna
teknologi, tetapi juga pencipta terdepan dalam dunia robotika global.
Oleh: Maydhotul Khasanah_20240110034_PBSI-01
0 komentar:
Posting Komentar