Menurut UU No. 20 Tahun 2003, sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara (Harefa, D., Telaumbanua, 2020).
Dikutip dari Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan (JIIP), kemajuan teknologi memberikan
kesempatan kepada para pendidik untuk membangun sistem pendidikan yang menganut
Pancasila. Merencanakan pendidikan membutuhkan waktu lama dan juga harus
diperhitungkan jika kita ingin
meningkatkan kualitas masyarakat secara keseluruhan.
Masalah pendidikan di Indonesia masih
cukup signifikan, baik di dalam
maupun di luar negeri. Masalah ini muncul
sebagai akibat dari berbagai pergeseran dalam pendidikan, seperti meningkatnya angka putus sekolah,
kemajuan teknologi, perbedaan budaya, dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Akibatnya, pendidikan mengalami pergeseran yang berdampak pada perkembangannya. Budaya
juga mempengaruhi kemajuan
dalam pendidikan. Pendidikan juga harus digunakan untuk dapat mengubah masyarakat.
Jumlah anak putus sekolah di Indonesia masih tergolong tinggi,
yang berhasil menekan angka tersebut melalui sistem
pendidikan inklusif, dukungan sosial yang kuat, dan perhatian besar terhadap
kesejahteraan setiap siswa. Perkembangan angka partisipasi sekolah (APS) di
Indonesia untuk kelompok
usia 7-12 dan 13-15 tahun cukup baik, namun untuk kelompok usia 16-18 tahun masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan data BPS (www.bps.go.id), APS untuk
kelompok usia 7-12 dan 13-15 tahun sudah mencapai lebih dari 95 persen,
sedangkan untuk kelompok usia 16-18 tahun masih dibawah 75 persen.
Menurut Jurnal Pendidikan, faktor-faktor yang yang mempengaruhi anak putus sekolah adalah kurangnya minat dan
kemauan untuk bersekolah, siswa tidak tertarik untuk sekolah, ketidakmampuan
mengikuti/mengambil pelajaran, ekonomi keluarga, kurangnya perhatian orang tua, dan lingkungan bermain anak-anak. Hasil analisis faktor
yang menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan
mempengaruhi anak putus sekolah di tingkat SMP adalah kurangnya perhatian orang
tua, sedangkan untuk tingkat menengah adalah anak kurang berminat dan kemauan
untuk sekolah.
Berdasarkan Jurnal Obsesi, Finlandia memiliki sistem
pendidikan yang lebih baik dibandingkan Indonesia. Dibalik kesuksesan
perkembangan pendidikan di Finlandia ternyata menganut paham ajaran yang sama dari
Ki Hadjar Dewantara yaitu lebih mengutamakan proses, kegiatan pendidikan berpusat
pada anak, dan mengutamakan keseimbangan antara rasa, cipta,
dan karsa dalam diri anak (Ratri, Supriyanto, and Sobri, 2020: 36). Lain halnya
di Indonesia dalam penerapan
konsep dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara justru tidak berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan
kurang adanya keselarasan antara lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat
atau disebut dengan Tripusat Pendidikan.
Didalam Jurnal JIIP disebutkan beberapa perbedaan antara
Indonesia dan Finlandia dalam hal pendidikan, antara lain sebagai
berikut: 1) Pendidikan Indonesia lebih dominan
pada arena kompetensi,
sedangkan Finlandia menganut prinsip pemahaman; 2) Indonesia memiliki sistem kehidupan
kelas bagi siswa yang kemampuannya di bawah rata-rata dan peringkat siswa; 3) Indonesia memiliki
beban belajar +/- 40 jam per minggu;
Finlandia belajar +/- 30 jam per
minggu; 4) Indonesia mengajar terutama di ruang kelas,
sedangkan Finlandia menggunakan pendekatan pemecahan masalah;
5) pendidik di Indonesia tidak boleh kurang dari D4, jika kemampuan pendidik
Finlandia pada dasarnya
adalah ahli (S2). Siswa di Indonesia diharuskan memiliki surat rekomendasi
tertulis dari guru mereka
sebelumnya untuk mendaftar di sekolah dasar.
Berdasarkan perbedaan pendidikan antara Indonesia dan
Finlandia yang terdapat pada gambar, berikut adalah langkah-langkah strategis
agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju:
1. Ubah Fokus dari Kompetisi ke Pemahaman
Terapkan
sistem penilaian formatif, bukan hanya sumatif. Dan dorong pembelajaran
berbasis proyek dan pemecahan masalah (project/problem-based learning).
2. Hapus Sistem
Kelas Berdasarkan Nilai
Terapkan
sistem kelas heterogen agar semua siswa bisa saling belajar. Sediakan dukungan
tambahan bagi siswa yang tertinggal melalui tutor sebaya atau guru pembimbing. Dan bangun
budaya saling bantu, bukan saling bersaing.
3. Kurangi Beban Belajar dan Jam Sekolah
Lakukan
evaluasi kurikulum untuk menyederhanakan konten. Perbanyak waktu istirahat,
kegiatan seni, olahraga, dan eksplorasi mandiri. Dan fokus pada kualitas,
bukan kuantitas jam belajar.
4. Perkuat Metode
Mengajar Guru
Latih guru menggunakan pendekatan berbasis pemecahan masalah
(problem-solving). Dorong
pembelajaran aktif: diskusi,
eksperimen, simulasi. Dan terapkan pendekatan kontekstual yang
relevan dengan kehidupan siswa.
5. Reformasi Sistem
Penilaian Masuk Sekolah
Permudah akses
masuk pendidikan dasar tanpa syarat
administratif yang membatasi. Terapkan prinsip pendidikan inklusif sejak usia dini. Dan
fasilitasi transisi PAUD ke SD dengan pendekatan pembelajaran menyenangkan.
6. Peningkatan Profesionalisme Guru
Tingkatkan
kesejahteraan dan pelatihan guru. Wajibkan pelatihan pedagogik berbasis riset
mutakhir. Dan berikan waktu refleksi dan kolaborasi antarguru seperti di
Finlandia.
7. Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah
Ajak
orang tua berperan aktif dalam proses belajar anak. Dan sediakan pelatihan atau
forum dialog rutin antara sekolah dan keluarga.
Kesimpulannya, sistem pendidikan Indonesia masih memiliki beberapa kekurangan. Bangsa kita dapat mengikuti jejak Indonesia dalam hal proses pembelajaran, kurikulum, dan hal-hal terkait pendidikan lainnya untuk memastikan bahwa sistem pendidikan Indonesia tumbuh dengan baik dan semua siswa mendapatkan manfaat yang sama dari pendidikan mereka. Sebagai contoh, negara Indonesia dapat mencontoh sistem pendidikan negara-negara yang jauh tidak jauh dari Finlandia, mereka benar-benar menjaga pendidikan dan dapat melahirkan siswa yang berkualitas tinggi dan dinamis di segala bidang. Bergantian, pemerintah Indonesia mungkin dapat menerima saran yang bermanfaat dari berbagai negara guna meningkatkan taraf pendidikan yang bermutu. Kita dapat belajar banyak tentang bagaimana pendidikan berbeda dari satu negara ke negara lain, yang berarti kita dapat membuat banyak perubahan untuk memastikan bahwa pendidikan kita mutakhir dan dengan kualitas setinggi mungkin. Untuk menjadikan pendidikan Indonesia lebih maju diperlukan perubahan mendasar dalam paradigma, sistem, dan praktik pendidikan. Fokus harus bergeser dari sekedar mengejar nilai dan kompetensi menuju pemahaman yang mendalam dan perkembangan karakter siswa.
Oleh: Stevia Ledimah (20240110005_PBSI-01)
0 komentar:
Posting Komentar