Tulis-Tulis

Hasil Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan.

Tulis-Tulis

Hasil Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan.

Tulis-Tulis

Hasil Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan.

Tulis-Tulis

Hasil Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan.

Tulis-Tulis

Hasil Karya Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan.

Kamis, 24 Juli 2025

Aku Ingin Masyarakat Indonesia Serius Mengikis Pembajakan Buku

 Pendahuluan

 

Obral buku bajakan akan tetap laris terutama ketika harga buku asli dirasa begitu mencekik. Situasi ini kerap dialami oleh para pembaca—kasarnya—kere atau pembaca pasif yang terdesak tugas sekolah atau kuliah, tanpa tahu-menahu yang dibelinya merupakan buku bajakan.

 

Menurut data dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), sekitar 30 persen buku yang beredar di pasar adalah buku bajakan. Artinya, dari setiap 10 buku yang beredar, bisa jadi tiga di antaranya adalah hasil fotokopi berjilid atau cetakan ilegal. Tambah lagi, riset dari Yayasan TIFA (2020) menunjukkan lebih dari 60 persen pelajar dan mahasiswa Indonesia mengaku pernah membaca atau memiliki buku bajakan. Jadi, jelas ini bukan masalah satu dua orang yang “salah beli”, melainkan gejala sistemik yang dibiarkan hidup dan bahkan dinikmati.

 

Bagi para pembaca ulung, mudah saja membedakan bajakan atau tidaknya buku meski sekilas melihatnya, karena perbandingan kualitas pencetakan dari keduanya yang begitu jomplang. Contoh paling sederhana yang tampak dari luar adalah sampul buku. Pigmen warna tinta yang digunakan pada sampul buku bajakan dipastikan lebih rendah, sehingga tampak warna yang buram dan detail-detail yang rusak. Hal itu terjadi karena upaya memangkas cost pencetakan agar mencapai target jual miring dari buku aslinya. Harga miring ini yang diminati para pembaca newbie atau pembaca pasif yang belum menginginkan kenyamanan dalam membaca—toh, beli buku cuma menuhin tugas.

 

Tambahan lagi, kita hidup di negara yang tak punya sistem subsidi buku yang layak. Pemerintah tampaknya belum menaruh buku dalam keranjang kebutuhan pokok, dan hasilnya bisa ditebak: masyarakat kesulitan membeli buku asli, lalu pelan-pelan terbiasa dengan yang bajakan. Dan ketika bajakan jadi "opsi normal", siapa yang bisa disalahkan? Pembacanya? Penjualnya? Pemerintahnya? Anda boleh menunjuk siapa pun, bahkan kalau perlu—silakan mengumpatnya.

 

Isi

Menanggapi fenomena ini, saya berkaca pada masa lalu pribadi: menjadi pembaca yang tak kenal memilah buku sehingga menimbulkan penyesalan yang sangat literal—menumpuk buku bajakan yang sampulnya mengelupas dan lembarannya bercecer tak karuan. Niatnya mau jadi rak buku estetik, ujungnya malah kayak tumpukan berkas kelurahan.

Ada beberapa tindakan sederhana yang bisa dicoba—langkah awal dari seorang pembaca biasa yang (akhirnya) insaf.

 

1. Membeli buku bekas

Langkah paling realistis buat dompet mepet. Buku bekas yang asli lebih menjanjikan daripada buku bajakan baru. Banyak dijual online maupun di pasar buku loak. Dan yang paling penting: kita nggak merasa berdosa tiap kali buka halamannya.

 

2. Manfaatkan perpustakaan digital

Kalau malas ke perpustakaan fisik, ada iPusnas, Gramedia Digital, dan platform semacam itu yang menyediakan akses legal ke ribuan buku. Beberapa gratis, sebagian lain bisa diakses dengan biaya langganan yang masih jauh lebih masuk akal daripada membeli bajakan.

 

3. Tunggu diskonan resmi

Kalau ingin buku tertentu, tahan dulu. Tunggu momen Harbolnas, Hari Buku Nasional, atau promo akhir tahun. Toko-toko besar sering kasih potongan sampai 50%. Ini kayak sabar nunggu THR—hasilnya lebih memuaskan daripada beli instan tapi ilegal.

 

4. Suarakan terus soal pembajakan

Sekecil apa pun, edukasi itu penting. Jangan bosan ngomongin ke teman, adik kelas, bahkan ke dosen—bahwa beli bajakan itu merugikan banyak pihak. Kalau kita pembaca, tugas kita bukan cuma baca, tapi juga jaga ekosistem bacaan tetap sehat.

 

Penutup

 

Pembajakan buku bukan semata soal etika individu, tapi soal ekosistem yang dibiarkan pincang bertahun-tahun. Ketika buku bagus mahal, subsidi tak ada, hukum tumpul, dan budaya baca masih setengah hati, maka bajakan akan tetap jadi jalan pintas yang terlalu menggoda.

 

Tapi tetap ada harapan. Kalau pembaca mulai sadar, kalau penerbit makin terbuka soal akses, dan kalau pemerintah mau turun tangan lebih serius—barangkali, suatu hari nanti, kita bisa membaca dengan lebih tenang. Tanpa rasa bersalah, tanpa tinta buram, dan tanpa harus memilih antara dompet atau penulis..


Oleh: Naufal Mukrimi (20240110029_PBSIC-01)

 

Rabu, 23 Juli 2025

Aku Ingin Indonesia Jadi Penghasil Robot Kelas Dunia

1.potensi Indonesia dalam Dunia Robotik Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri robotik. Menurut data dari World Bank dan Statista, Indonesia adalah negara dengan populasi usia produktif terbesar keempat di dunia, dengan lebih dari 191 juta penduduk usia kerja pada tahun 2025. Ini menjadi modal utama dalam menciptakan talenta teknologi yang melimpah. Selain itu, berdasarkan data statistik tahun 2024, sektor teknologi di Indonesia terus berkembang, dengan nilai investasi startup mencapai lebih dari USD 3,2 miliar, sebagian besar difokuskan pada AI, IoT, dan teknologi otomasi. Di sektor pendidikan, semakin banyak universitas seperti ITB, UI, dan ITS membuka jurusan robotika dan mekatronika, bahkan telah mengikuti kompetisi robot internasional seperti RoboCup dan ABU Robocon, dengan prestasi membanggakan. Indonesia juga telah menetapkan agenda nasional menuju Making Indonesia yang salah satu fokus utamanya adalah otomasi industri dan teknologi cerdas. 2.Harapan untuk Indonesia ini

Saya ingin melihat Indonesia menjadi salah satu negara utama penghasil robot dunia, bukan hanya sebagai pengguna atau perakit, tapi sebagai pencipta teknologi robotik yang inovatif dan diakui IFR3.langkah-Langkah Membangun Ekosistem Robotik Indonesia Untuk mencapai tujuan besar ini, dibutuhkan langkah-langkah yang terencana dan berkelanjutan. Berikut adalah ekosistem yang harus dibangun: Langkah 1: Pendidikan dan Pengembangan Talenta Wajibkan pelajaran dasar teknologi dan robotik di tingkat SMP & SMA. Perbanyak beasiswa untuk kuliah di bidang mekatronika, AI, dan coding. Bangun sekolah vokasi teknologi di seluruh provinsi.

Langkah 2: Infrastruktur dan Riset Bangun laboratorium robotik nasional di setiap universitas teknik.Dirikan Robotics Innovation Center yang bekerja sama dengan kampus dan industri.

Langkah 3: Dukungan Pemerintah dan Swasta

Berikan insentif pajak untuk perusahaan lokal yang mengembangkan robot. Ajak investor asing dan lokal membuka pabrik robot di Indonesia.

Langkah 4: Industri dan Komersialisasi

 Dorong ndustri manufaktur menggunakan robot lokal. Buka pasar ekspor untuk robot pertanian dan robot medis buatan Indonesia.

Langkah 5: Edukasi Masyarakat dan Ajang Kompetisi

Adakan festival dan kompetisi robot nasional untuk semua usia. Libatkan anak-anak dan keluarga agar akrab dengan teknologi sejak dini.

Jumlah startup teknologi di Indonesia pada awal 2024 mencapai 2.562, menempatkan Indonesia di peringkat 6 dunia dalam hal jumlah startup terbanyak, menurut Indonesia Baik. Indonesia juga menjadi negara dengan startup terbanyak di Asia Tenggara.

Beberapa poin penting terkait startup di Indonesia: Peringkat Global:

Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia dalam hal jumlah startup, mengalahkan negara-negara seperti Brasil, Prancis, Spanyol, dan Jerman. Peringkat Regional:

Kontribusi Ekonomi: Startup di Indonesia berkontribusi besar terhadap ekonomi digital Indonesia, diperkirakan mencapai US$82 miliar pada tahun 2023 dan diproyeksikan tumbuh mendekati US$110 miliar pada tahun 2025, menurut kabarbisnis.com. Ekosistem startup di Indonesia didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah, industri, dan akademisi, yang mendorong pertumbuhan dan inovasi. Tren1. Pendidikan dan Pengembangan Talenta

Mendorong pelajaran dasar teknologi dan robotik di sekolah menengah.

Menyediakan beasiswa untuk studi di bidang mekatronika, AI, dan coding.

Mendirikan sekolah vokasi teknologi di berbagai provinsi. Pertumbuhan: Jurusan Teknik Informatika menjadi salah satu jurusan yang paling diminati di rumpun sains dan teknologi. Hal ini didorong oleh prospek kerja yang menjanjikan di bidang IT.

1.Pendidikan Talenta Muda

2.Pengembangan Riset & Inovasi

3.Dukungan Pemerintah & Swasta

4.Produksi & Pemasaran Robot Lokal.

5.Progres masa depan generasi muda Indonesia Jadi Penghasil Robot Kelas Dunia

Data umum FDI: Investasi asing langsung di Indonesia rata-rata sebesar 104,98 Triliun IDR dari tahun 2010 hingga 2024, dengan rekor tertinggi di kuartal keempat 2024. FDI di Sektor Teknologi: Meskipun data spesifik mengenai investasi asing langsung di sektor teknologi tidak disebutkan secara eksplisit dalam hasil pencarian, penting untuk dicatat bahwa FDI secara umum mendukung pertumbuhan berbagai sektor, termasuk teknologi, melalui transfer pengetahuan, modal, dan teknologi. Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% untuk tahun 2025, menurut Indonesia Investments. Data pertumbuhan PDB dan FDI dapat ditemukan di Badan Pusat Statistik (BPS) dan CEIC Dat

3.pasar Domestik yang Besar:  Pasar domestik Indonesia yang besar menciptakan permintaan yang tinggi untuk berbagai aplikasi robotika, mulai dari manufaktur hingga pertanian.Dalam sektor manufaktur, adopsi teknologi robotika paling umum terjadi pada manufaktur makanan (11,4%), manufaktur peralatan transportasi, termasuk manufaktur kendaraan bermotor (11,4%), manufaktur plastik dan produk karet (10,9%) dan manufaktur mesin (10,8%).4.Sumber Daya Alam:  Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan komponen robot tertentu. Sumber Daya Alam Potensial untuk Industri Robotika: 1. Logam: Nikel: Indonesia adalah salah satu produsen nikel terbesar di dunia dan

memiliki cadangan yang signifikan. Nikel digunakan dalam berbagai komponen elektronik dan baterai. Tembaga: Tembaga merupakan konduktor listrik yang penting dalam berbagai komponen elektronik dan kabel. Indonesia juga memiliki cadangan

tembaga yang cukup besar. Bauksit: Bauksit adalah bijih utama aluminium. Aluminium ringan dan kuat, sehingga banyak digunakan dalam rangka dan komponen struktural robot. Logam Tanah Jarang (LTJ): Indonesia memiliki potensi LTJ, yang digunakan dalam motor penggerak, sensor, dan aktuator robot.

Timah: Timah digunakan dalam solder dan komponen elektronik lainnya. 2. Biomassa:

Karet: Indonesia adalah produsen karet terbesar kedua di dunia. Karet bisa digunakan untuk berbagai komponen seperti isolator, bantalan, dan segel pada robot.

Kayu: Kayu dari hutan Indonesia bisa dimanfaatkan untuk kerangka robot yang membutuhkan kekuatan dan ringan, seperti pada robot humanoid atau robotika edukasi. 3. Sumber Daya Alam Lainnya:

Minyak bumi dan gas: Meskipun bukan bahan baku utama, minyak bumi dan gas digunakan untuk menghasilkan energi yang menggerakkan robot. Batu bara: Batu bara digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik, yang kemudian menyuplai energi untuk sistem robotika.

Data Cadangan dan Produksi (Contoh): Nikel:Cadangan nikel Indonesia diperkirakan mencapai 21 juta ton, dengan produksi sekitar 1 juta ton per tahun.

Tembaga:Cadangan tembaga sekitar 28 juta ton, dengan produksi sekitar 300 ribu ton per tahun. Bauksit:Cadangan bauksit sekitar 1,2 miliar ton, dengan produksi sekitar 25 juta ton per tahun. Karet:Produksi karet alam Indonesia sekitar 3,1 juta ton per tahun. Minyak Bumi:Produksi minyak mentah sekitar 700 ribu barel per hari, cadangan sekitar 3,7 miliar barel.

Gas Alam:Produksi gas alam sekitar 6.500 juta kaki kubik per hari, cadangan sekitar 100 TCF (Trillion Cubic Feet).

Aspek Keberlanjutan dan Dampak Lingkungan: Penting untuk dicatat bahwa eksploitasi sumber daya alam harus dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Dampak lingkungan seperti deforestasi, pencemaran air dan tanah, serta emisi gas rumah kaca harus diminimalkan. Penggunaan teknologi hijau, daur ulang, dan penerapan prinsip ekonomi sirkular perlu menjadi perhatian utama dalam pengembangan industri robotika di Indonesia. Pemerintah dan pelaku industri perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa pemanfaatan sumber daya alam untuk industri robotika tidak merusak lingkungan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyaraka  Namun, perlu diperhatikan aspek keberlanjutan dan dampak lingkungan dalam pemanfaatan sumber daya alam ini. 5.Startup dan Inovasi:  Munculnya startup di bidang teknologi menunjukkan minat dan potensi inovasi di Indonesia. Data star up dan inovasi teknologi terbaru di Indonesia sudah saya sebutkan di atas Tantangan melalukan semua perubahan diatas:

Meskipun memiliki potensi besar, Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan dalam mengembangkan industri robotika:  - Kualitas SDM:  Kualitas SDM masih perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan industri robotika yang membutuhkan keahlian khusus di bidang teknik, pemrograman, dan AI. - Investasi:  Investasi di bidang riset dan pengembangan teknologi robotika masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.- Infrastruktur:  Infrastruktur pendukung, perantara , kawasan industri teknologi yang terintegrasi, masih perlu dikembangkan.- Regulasi:  Regulasi yang mendukung pengembangan industri robotika masih perlu diperbaiki dan diperjelas.- Ketergantungan Impor:  Indonesia masih sangat bergantung pada impor teknologi dan komponen robotika. Strategi Pengembangan Industri Robotika Indonesia:

 Untuk mengatasi tantangan dan mewujudkan visi Indones1. Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan Vokasi di Bidang Robotika dan AI

2. Insentif untuk Menarik Investasi di Bidang Robotika

3. Pengembangan Infrastruktur Pendukung untuk Industri Teknologi

4. Penguatan Regulasi Industri Robotika

5. Kerjasama Internasional dalam Transfer Teknologi

6. Pengembangan Riset dan Inovasi melalui Kemitraan antara Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, dan Industrikus pada pendidikan STEM, pelatihan vokasi, dan program magang di industri robotika. 2. Peningkatan Investasi:  Memberikan insentif fiskal dan non-fiskal kepada

investor untuk menarik investasi di bidang riset dan pengembangan teknologi robotika.3. Pengembangan Infrastruktur:  Membangun kawasan industri teknologi yang terintegrasi dan dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai.4. Penguatan Regulasi:  Membuat regulasi yang mendukung pengembangan industri robotika, termasuk perlindungan kekayaan intelektual dan standar keamanan.5. Kerjasama Internasional:  Membangun kerjasama dengan negara-negara maju di bidang robotika untuk transfer teknologi dan pengembangan bersama.6. Pengembangan Riset dan Inovasi:  Mendukung riset dan inovasi di bidang robotika melalui pendanaan dan kemitraan antara perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan industri. Revolusi Industri Internasional dan Peran Indonesia sebagai Produsen Robot: Sebuah Visi Strategis Revolusi Industri ditandai oleh otomatisasi, kecerdasan buatan (AI), dan internet of things (IoT), telah mengubah lanskap industri global.  Perkembangan pesat dalam teknologi robotika menjadi salah satu pendorong utama transformasi ini.  Negara-negara di seluruh dunia berlomba-lomba untuk menjadi pusat inovasi dan produksi robot, menyadari potensi ekonomi dan sosial yang luar biasa dari teknologi ini.  Indonesia, dengan potensi sumber daya manusia dan pasar domestik yang besar, memiliki peluang untuk mengambil peran strategis sebagai produsen robot, meskipun menghadapi tantangan yang signifikan.

Indonesia memiliki beberapa potensi untuk menjadi produsen robot: - Sumber Daya Manusia:  Meskipun kualitas SDM masih perlu ditingkatkan, Indonesia memiliki jumlah lulusan perguruan tinggi di bidang teknik dan informatika yang cukup besar.  Investasi dalam pendidikan dan pelatihan vokasi yang fokus pada robotika dan AI sangat krusial untuk memenuhi kebutuhan industri.

- Pasar Domestik yang Besar:  Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan pasar domestik yang besar menciptakan permintaan yang tinggi untuk berbagai aplikasi robotika, terutama di sektor manufaktur, pertanian,logistik- Keunggulan Komparatif:  Indonesia memiliki beberapa sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan komponen robot tertentu.  Namun, pemanfaatan sumber daya ini harus dilakukan secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. - Potensi Inovasi:  Munculnya startup di bidang teknologi menunjukkan minat dan potensi inovasi di Indonesia.  Dukungan pemerintah dan ekosistem yang kondusif sangat penting untuk mendorong pertumbuhan startup di bidang robotika. Tantangan dan Strategi:

1. Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjadi produsen robot meliputi keterbatasan kualitas SDM dalam bidang robotika dan AI yang memerlukan investasi pendidikan dan pelatihan yang berkualitas tinggi.

2. Infrastruktur pendukung seperti kawasan industri teknologi yang terintegrasi masih perlu dikembangkan untuk mendukung perkembangan industri robotika.

3. Tingkat investasi dalam riset dan pengembangan teknologi robotika di Indonesia masih cukup rendah, sehingga diperlukan insentif dan dukungan dari pemerintah untuk menarik investasi asing dan domestik.

4. Regulasi yang mendukung pengembangan industri robotika juga perlu diperbaiki dan diperjelas untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondusif.

Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia perlu menerapkan strategi yang komprehensif.strateginya:

1. Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan Vokasi di Bidang Robotika dan AI

2. Insentif untuk Menarik Investasi di Bidang Robotika

3. Pengembangan Infrastruktur Pendukung untuk Industri Teknologi

4. Penguatan Regulasi Industri Robotika

5. Kerjasama Internasional dalam Transfer Teknologi

6. Pengembangan Riset dan Inovasi melalui Kemitraan antara Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, dan Industri  Kesimpulan:  Revolusi Industri telah menciptakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengambil peran strategis sebagai produsen robot.  Meskipun menghadapi tantangan, potensi sumber daya manusia, pasar domestik yang besar, dan peluang inovasi memberikan dasar yang kuat untuk mencapai tujuan ini.  Dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat dari pemerintah, sektor swasta, dan akademisi, Indonesia dapat membangun ekosistem yang mendukung pengembangan industri robotika dan meraih manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan di era transformasi digital ini.  Keberhasilan ini akan tidak hanya meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di tingkat global, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang dalam era robot dan otomasi.  Namun, untuk meraih peluang ini, diperlukan strategi yang komprehensif dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi.  Dengan mengatasi tantangan dan mengimplementasikan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan teknologi robotika dan otomatisasi untuk meningkatkan produktivitas, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong inovasi teknologi.


    


Oleh: Dhiya Sausan_20240110037_PBSI-01

AKU INGIN INDONESIA BEBAS DARI BULLYING DI ERA SEKOLAH MAUPUN DI DUNIA DIGITAL

Sekolah merupakan institusi penting dalam pembentukan karakter dan pengembangan potensi generasi muda. Didalam nya, siswa diharapkan memperoleh ilmu pengetahuan,pengalaman sosial, dan nilai-nilai moral yang akan membentuk masa depan bangsa. Namun masih banyak sekolah di indonesia yang belum sepenuhnya  menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik, salah satu ancaman serius yang masih marak terjadi dilingkungan sekolah indonesia adalah bullying atau sering di sebut perudungan.

Bullying disekolah merupakan tindakan menyakiti secara fisik, verbal, emosional, maupun sosial, yang di lakukan secara berulang oleh individua tau kelompok  terhadap orang lain yang dianggap lemah  atau berbeda. Praktik ini sering di lakukan secara tersembunyi dan tidak mudah terdeteksi, namun dampak nya sangat besar, baik bagi korban, pelaku, maupun lingkungan sekolah secara menyeluruh.

Bullying disekolah bisa terjadi dalam berbagai bentuk, seperti ejekan berdasarkan fisik atau latar belakang, pemaksaan kehendak, pengucilan sosial, hingga kekerasan fisik, seiring perkembangan teknologi, bentuk bullying juga merambat di Dunia digital, dikenal juga sebagai cyberbullying, yang dilakukan melalui media sosial, pesan singkat, atau platfrom daring lainnya. Sering Kali, bullying dilakukan bukan hanya oleh teman sebaya, tetapi juga oleh pihak yang memiliki kekuasaan, seperti senior atau bahkan pendidik yang tidak peka terhadap perasaan siswa.

Dampak dari bullying sangat serius. Bagi korban dapat mengalami trauma psikologis, penurunan prestasi akademik, kehilangan kepercayaan diri, hingga depresi yang berkepanjangan. Tidak jarang, kasus bullying yang tidak di tangani dengan baik berujung pada Tindakan ekstrem seperti menyakiti diri sendiri atau berakhir bunuh diri. Fenomena ini jelas mengancam kualitas generasi muda Indonesia dan menghambat upaya pemerintah dalam menciptakan pendidikan yang inklusif dan bermartabat.

Ironisnya, masih banyak sekolah yang belum memiliki system pencegahan dan penanganan bullying yang efektif. Sering Kali kasus bullying dianggap sebagai “kenakalan remaja biasa” dan dibiarkan begitu saja, tanpa ada pendampingan atau penanganan serius.

Sebagai seorang pelajar sekaligus bagian dari generasi muda indoneisa, saya memimpikan sebuah bangsa yang bebas dari segala bentuk kekerasan, terutama bullying dilingkungan pendidikan. Aku ingin indonesia bebas dari bullying di era sekolah maupun di Dunia digital, agar setiap anak dapat tumbuh dan belajar tanpa rasa takut, tanpa tekanan, dan dengan rasa percaya diri yang tinggi.

Solusi bebas dari bullying di dunia digital                                 

1.      Edukasi literasi digital sejak dini

Ajarkan anak-anak dan remaja untuk menggunakan internet secara bijak. Literasi digital mencakup pemahaman tentang etika online, privasi data, dan cara berinteraksi yang sehat dimedia sosial.

2. Bangun budaya empati dan saling mengharga

Tumbuhkan kesadaran bahwa dibalik layar ada manusia nyata dengan perasaan. Biasakan untuk tidak menyebar komentar negatif, menyindir, atau mempermalukan orang lain di media sosial.

3.      Privatisasi dan keamananakun digital

Gunakan pengaturan privasi pada akun media sosial untuk melindungi diri dari pelaku bullying. Hindari membagikan informasi pribadi secara sembarangan.

 

Solusi mengatasi bullying di sekolah


Untuk mewujudkan indonesia yang bebas dari bullying di sekolah, diperlukan upaya kolektif yang terstruktur, sistematis, dan berkelanjutan. Beberapa solusi dapat di terapkan yaitu:

  •  Integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum

Pendidikan karakter seperti empati, toleransi, tanggung jawab, dan menghargai perbedaan  perlu belajar-mengajar. Siswa harus di didik tidak hanya menjadi cerdas secara akademik tetapi juga cerdas secara emosional maupun sosial.

  •   Pelatihan guru dan staff sekolah

Sebagai guru garda terdepan dalam pendidikan harus di bekali pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali serta menangani bullying.

  •  Mekanisme pelaporan yang aman dan rahasia

Siswa harus diberikan rasa aman, tanpa takut akan pembalasan atau perudungan lanjutan. Layanan konseling, kotak pengaduan, atau aplikasi digital pelaporan bisa menjadi pilihan.

  •   Sanksi yang tegas dan edukatif

Pelaku bullying harus dikenai sanksi yang tegas namun bersifat mendidik, seperti mengikuti kelas empati, melakukan layanan sosial, atau membuat permintaan maaf terbuka.

  •  Peningkatan peran orang tua dan komunitas

Orang tua harus terlibat aktif dalam pengawasan dan pembinaan karakter anak dirumah. Komunikasi yang terbuka antara sekolah dan orang tua akan memperkuat sistema perlindungan terhadap sisws.

  •  Kampanye nacional anti-bullying

Pemerintah dan lembaga swasta dapat bekerja sama mengadakan kampanye nacional untuk meningkatkan kesadaran  tentang bahaya bullying.

Kesimpulan

Bullying, baik dilingkungan sekolah maupun didunia digital, merupakan ancaman serius bagi kesehatan mental dan perkembangan  generasi muda indonesia. Dalam bentuk apa pun-fisik, verbal, sosial, maupung daring-bullying meninggalkan luka mendalam dan berdampak jangka panjang terhadap korban. Oleh karna itu, mewujudkan indonesia yang bebas dari bullying bukan hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, termasuk sekolah, keluarga, dan pemerintah.

 

Oleh : Mutia Hidayat

Senin, 21 Juli 2025

Aku Ingin Indonesia Menjadi Pusat Manufaktur Robotika dan Otomasi Negeri Bangsa

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat manufaktur robotika dan otomasi di kawasan bahkan dunia. Sejak diluncurkannya inisiatif Making Indonesia 4.0 pada tahun 2018, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah mendorong adopsi teknologi seperti robot dan kecerdasan buatan (AI) lewat platform seperti PIDI 4.0. Targetnya bukan main-main: meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 25% serta menciptakan 10 juta lapangan kerja baru pada tahun 2030. Dukungan ini didukung pula oleh proyeksi McKinsey yang menyebut bahwa sektor otomasi bisa menambah GDP Indonesia sebesar 2,8 triliun dolar AS pada tahun 2040, atau setara dengan pertumbuhan 0,55% per tahun.

Nilai ekonomi digital di Asia Tenggara juga diprediksi mencapai 1 triliun dolar AS pada 2030, di mana sepertiganya akan berasal dari Indonesia. Di sektor elektronik dan robotika, perusahaan-perusahaan seperti PT INTI meyakini bahwa Indonesia memiliki peluang besar menjadi pemain global karena pasar domestik yang besar serta ketersediaan sumber daya manusia teknis yang memadai. Semua indikator ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tiga modal utama: dukungan pemerintah, kesiapan pasar, dan tenaga kerja yang mulai diarahkan ke sektor teknologi masa depan.

Dalam konteks ini, harapan terhadap Indonesia pun menguat. Negara ini diharapkan mampu menjelma menjadi kekuatan teknologi global sejalan dengan visi “Indonesia Emas 2045” yang menargetkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-4 atau ke-5 dunia. Indonesia juga diarahkan menjadi pusat manufaktur pintar dan robotika di kawasan Asia, dengan standar operasi global dan teknologi mutakhir. Bahkan lebih jauh, Indonesia diharapkan menjadi pencipta nilai tinggi serta lapangan kerja baru dari SDM digital yang siap memimpin industri masa depan.

Namun, harapan saja tidak cukup. Dibutuhkan strategi dan tahapan konkret untuk membangun ekosistem robotika dan otomasi yang berkelanjutan. Langkah pertama adalah melakukan inventarisasi kekuatan lokal, dengan mengidentifikasi institusi, universitas, investor, serta perusahaan yang relevan. Pemerintah juga harus memahami kesenjangan kompetensi, infrastruktur, dan pendanaan. Selanjutnya, perlu diciptakan nilai tambah nyata melalui proyek percontohan seperti penggunaan robot industri di UMKM atau otomatisasi dalam logistik. Pusat demonstrasi seperti PIDI 4.0 harus dikembangkan agar semua pihak dapat melihat hasil nyata dan terinspirasi untuk bergabung.

Tahap ketiga adalah membangun kemitraan strategis antara pemerintah, industri, dan akademisi. Pertukaran pengetahuan dengan negara-negara maju seperti Korea Selatan dan Jerman dapat mempercepat proses ini. Perusahaan besar seperti Telkom, Google Cloud, atau Ericsson bisa dilibatkan dalam pembangunan infrastruktur digital seperti 5G dan Internet of Things. Pembangunan SDM menjadi langkah krusial berikutnya. Pelatihan coding, data science, AI, dan robotika harus ditingkatkan melalui beasiswa, bootcamp, dan sertifikasi, yang bisa dipusatkan melalui lembaga seperti PIDI 4.0.

Regulasi juga perlu diarahkan agar mendukung inovasi: mulai dari insentif fiskal, proteksi pasar, hingga penyederhanaan perizinan bagi investor. Terakhir, ekspansi pasar dan kolaborasi global harus dibuka lebar. Hackathon, simposium, dan pameran robotika bisa mempertemukan inovator dengan investor, sementara ekspor teknologi seperti robot pertanian dan manufaktur ke pasar ASEAN dan global menjadi peluang nyata.

 

Cara Membangun Ekosistem (Tahapan)

Berikut diagram proses membentuk ekosistem robotika-otomasi:



 




Sebagai kesimpulan, Indonesia memiliki semua komponen penting untuk menjadi pusat robotika dan otomasi dunia: pasar yang besar, dukungan pemerintah yang kuat, SDM yang sedang berkembang, dan semangat kolaborasi lintas sektor. Yang diperlukan kini adalah membangun ekosistem secara terencana, konsisten, dan kolaboratif. Jika semua tahapan dilakukan secara sinergis, maka Indonesia tidak hanya akan menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta terdepan dalam dunia robotika global.


Oleh: Maydhotul Khasanah_20240110034_PBSI-01 

Aku Ingin negara jadi pusat ekonomi

 Saat ini, dunia sedang bergerak cepat menuju era globalisasi dan digitalisasi. Negara-negara berlomba menjadi pusat ekonomi global demi meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Sebagai anak bangsa, aku memiliki cita-cita besar: menjadikan Indonesia sebagai negara pusat ekonomi dunia. Ini bukan hanya mimpi pribadi, melainkan harapan kolektif bangsa agar Indonesia bisa memainkan peran penting dalam peta ekonomi global.

 

Aku ingin negaraku menjadi pusat ekonomi dunia agar bisa berdiri sejajar bahkan lebih unggul dibanding negara-negara maju. Saat ini, dunia sedang bergerak cepat menuju era globalisasi dan digitalisasi. Negara-negara berlomba menjadi pusat ekonomi global demi meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Sebagai anak bangsa, aku memiliki cita-cita besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara pusat ekonomi dunia. Ini bukan hanya mimpi pribadi, melainkan harapan kolektif bangsa agar Indonesia bisa memainkan peran penting dalam peta ekonomi global. Indonesia memiliki modal besar, mulai dari posisi strategis di jalur perdagangan dunia, kekayaan sumber daya alam, hingga sumber daya manusia yang melimpah.

 

Negara pusat ekonomi bukan hanya tentang infrastruktur fisik, tetapi juga tentang stabilitas politik dan hukum. Investor hanya akan menanamkan modal di negara yang aman dan stabil. Oleh karena itu, demokrasi yang sehat dan pemerintahan yang bersih menjadi kunci utama. Selain itu, Indonesia harus memiliki infrastruktur modern seperti bandara internasional, pelabuhan besar, jalur kereta cepat, serta jaringan digital yang kuat agar arus barang, jasa, dan informasi berjalan lancar. Kekuatan ekonomi sejati terletak pada manusia. Pendidikan harus diperkuat, riset dan inovasi harus didorong, sehingga lahir generasi yang produktif, kreatif, dan siap bersaing secara global.

 

Di era digital, Indonesia harus beralih dari ekonomi berbasis komoditas menuju ekonomi berbasis teknologi dan pengetahuan. Startup, industri kreatif, serta usaha berbasis inovasi harus menjadi prioritas pembangunan. Namun, pusat ekonomi tidak boleh hanya menguntungkan segelintir elite. UMKM perlu diberdayakan sebagai tulang punggung ekonomi, dan masyarakat kecil harus mendapat kesempatan untuk berkembang. Pertumbuhan ekonomi harus inklusif dan merata ke seluruh daerah.

 

Menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi adalah cita-cita yang harus dibangun dengan persatuan, kerja keras, dan keberlanjutan. Pembangunan ekonomi harus menyentuh seluruh lapisan masyarakat, mengurangi kesenjangan sosial, dan menjaga kelestarian alam. Generasi muda harus menjadi motor penggerak ekonomi masa depan dengan semangat inovasi dan kolaborasi. Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi negara pusat ekonomi dunia. Kini saatnya kita belajar, bekerja, dan bersatu untuk mewujudkannya. Harapan kita, Indonesia bukan hanya besar karena jumlah penduduknya, tetapi juga karena kontribusinya yang nyata bagi dunia.

 













Oleh: Wildan Noufaldi_20240110048_PBSI-01

Aku Ingin Indonesia Menjadi Negara Dengan Pendidikan Terbaik Di Dunia

Pendidikan menjadi hal yang penting bagi kemajuan suatu negara. Wajar jika akhirnya pendidikan menjadi suatu hal yang menjadi perhatian khusus bagi seluruh pihak. Bahkan ada beberapa negara dengan sistem pendidikan terbaik dan menjadikan pendidikan sebagai fokus utama negaranya. Peringkat Indonesia dalam beberapa ranking pendidikan dunia menurut data World Population Review (2025): Peringkat 67 dari 203 negara, PISA (2018): Peringkat 74 dari 79 negara dalam survei sistem pendidikan menengah, PISA (2022): Peringkat 96 dari 173 negara, PISA (2023): Peringkat 68. Peringkat pendidikan Indonesia di dunia masih belum optimal dan memerlukan upaya yang lebih besar untuk ditingkatkan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan, seperti kualitas guru, sarana dan prasarana, serta metode pengajaran, perlu ditingkatkan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih berkualitas. 

 

Contoh negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia adalah Finlandia: Dikenal dengan sistem pendidikan yang menekankan pada pembelajaran berbasis pengalaman, kesejahteraan siswa, dan kualitas guru. Korea Selatan: Menekankan pada pendidikan berbasis teknologi dan memiliki budaya belajar yang kuat. Jerman:  Menawarkan pendidikan vokasi yang kuat dan berkualitas, serta fokus pada pendidikan yang relevan dengan dunia kerja. Jepang: Dikenal dengan disiplin, etos kerja, dan sistem pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter. Singapura:Unggul dalam bidang matematika dan sains, serta dikenal dengan kurikulum yang ketat dan berorientasi pada hasil. Negara- negara tersebut dapat menjadi negara dengan sistem Pendidikan yang baik adalah dukungan pemerintah yang kuat, penerapan teknologi dalam pendidikan, fokus pada pendidikan dasar berkualitas, budaya belajar yang kuat, kurikulum yang fleksible dan relevan, kualitas pengajaran yang tinggi, serta investasi pada infrastruktur Pendidikan. Pendidikan di Indonesia masih berada diposisi ke 67 dari 203 di dunia saat ini, meskipun dari tahun ke tahun bervariasai, tetapi secara umum Indonesia berada di peringkat 67-69 dari 203 negara dalam peringkat sistem Pendidikan dunia, ini menjadi perhatian bagi kita semua untuk membuat sistem Pendidikan di Indonesia bisa lebih baik lagi untuk kedepanya. Cara-cara untuk meningkatkan sistem Pendidikan

 

Cara membuat sistem pendidikan terbaik adalah dengan meningkatkan kualitas guru, mengapa meningkatkan kualitas guru? karna guru adalah ujung tombak dari sebuah sistem Pendidikan yang terjun langsung untuk mencerdaskan anak bangsa, guru yang berkualitas mampu menciptakan anak murid berkulaitas juga mestinya. Memperbaiki kurikulum. Haruskah memperbaiki kurikulum? Jawabanya iya harus agar para guru dan dosen yang menjadi ujung tombak dari sebuah sistem Pendidikan tidak pusing dengan apa yang ingin mereka ajarkan kepada anak muridnya, kurikulum adalah kitab atau lentera bagi para guru ataupun dosen. Jika kurikulum tidak jelas maka sistem ajarpun tidak akan pernah jelas juga. Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, bagaimana cara memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran? dengan diadakan semiar- seminar untuk para calon pengajar, diharapkan agar para calon pengajar atau guru dapat mengaplikasikanya kepada anak murid dengan lebih mudah lagi, sedangkan teknologi di jaman sekarang sudah sangat massif. Meningkatkan fasilitas dan infrastruktur Pendidikan, perlukah meningkatkan fasilitas dan infrastruktur Pendidikan? Lagi-lagi jawaban yang serupa. Karna fasilitas belajar yang menunjang kegiatan belajar siswa akan membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan untuk memperoleh hasil belajar yang diterapkan, sedangkan infrastruktur membuat kegitan belajar mengajar menjadi lebih aman dan nyaman.

 

Melihat dari beberapa fakta dan data di atas kita semua dapat mengambil satu kesimpulan bahwa, negara-negara eropa dan asia yang sudah maju memiliki sistem kurikulum yang baik dan dukungan dari pemerintah maupun masyarakatnya dalam upaya untuk meningkatkan sistem Pendidikan. Di sini saya hanya ingin mengajak untuk teman-teman agar berfikir bersama bagaimana sebaiknya sistem Pendidikan di Indonesia, harapan saya sebagai penulis semoga apa yang saya sampaikan dapat dipahami bersama-sama dan membangun sistem Pendidikan diindonesia ini dengan sama-sama.

 

Beberapa strategi indonesia menjadi negara terbaik di dunia:



 







Daftar Pustaka:

Artikel ini di Katadata.co.id dengan judul "7 Negara dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia" , https://katadata.co.id/berita/nasional/62142eb2555ac/7-negara-dengan-sistem-pendidikan-terbaik-di-dunia.

 



Oleh: Khairun_20240110002_PBSI-01 

Aku Ingin Masyarakat Indonesia Serius Mengikis Pembajakan Buku

  Pendahuluan   Obral buku bajakan akan tetap laris terutama ketika harga buku asli dirasa begitu mencekik. Situasi ini kerap dialami ol...