Kuningan, 25 Maret 2025 – Masuknya beras kemasan minimarket ke desa-desa Kecamatan Sindangagung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menyebabkan penurunan drastis pada penjualan pabrik beras tradisional. Penurunan tersebut mencapai 50% sejak minimarket mulai beroperasi pada tahun 2020.
Pemilik Pabrik Penggilingan Gabah Srimulus Putra, Ir. H. Ahmad Yani, mengungkapkan bahwa perubahan minat masyarakat terhadap beras kemasan menjadi tantangan utama. "Masyarakat mulai memilih beras kemasan karena kemasan lebih praktis dan rapi," ujar Bapak Yani saat memantau proses penggilingan.
Meski demikian, tidak semua konsumen beralih. Beberapa warga tetap membeli di pabrik karena percaya akan keaslian dan kebersihan beras yang tidak melalui proses pencampuran atau penambahan bahan kimia. "Kami menjamin beras kami orisinil dan diproses secara higienis," tambahnya.
Wilayah yang terdampak paling parah adalah Desa Babakanreuma, Karapyak, Reuma, Bilisuk, Parenca-BBR, dan Petigobang. Pelanggan tetap datang dari berbagai desa di Kecamatan Sindangagung, walau jumlahnya fluktuatif tergantung kualitas dan harga beras.
Untuk bersaing dengan produk modern, Pabrik Srimulus Putra mengedepankan pelayanan pesan antar, kebersihan proses penggilingan, serta kualitas padi pilihan. “Kami memilih padi terbaik dan tetap menjaga harga agar beras kami diminati,” jelas Bapak Yani.
Data menunjukkan penurunan permintaan mulai terasa sejak 2020 dan semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah minimarket. Upaya promosi dari minimarket serta tampilan kemasan menarik menjadi faktor pendorong peralihan konsumen.
Sejak awal beroperasi, minimarket mulai menyalurkan beras kemasan ke desa-desa, yang semula mengandalkan pabrik beras lokal. Perlahan, kehadiran produk modern mengubah kebiasaan belanja masyarakat, meskipun masih menyisakan kelompok konsumen yang loyal pada produk lokal.