Tingginya permintaan sayuran memicu dilema di kalangan pedagang kecil untuk menentukan strategi yang paling menguntungkan selama bulan ramadan di tahun 2025.
Nanggela, Cidahu - Bulan Ramadan adalah bulan yang dinanti-nanti oleh banyak pelaku usaha, terutama mereka yang bergerak di bidang pangan. Pangan menjadi kebutuhan utama bagi ibu rumah tangga dalam menghadapi bulan puasa. Salah satunya adalah Ibu Ini, seorang penjual sayur di Desa Nanggela yang mengalami kenaikan omzet sejak memasuki bulan Ramadan.
Menurutnya, permintaan sayuran dan kenaikan omzet mulai terasa sejak awal Ramadan. “Kenaikan tersebut mulai dirasakan sejak awal Ramadan, omzetnya mulai bertambah dan modal pun ikut bertambah,” ujarnya. Tahun-tahun sebelumnya pun mengalami hal serupa, permintaan sayuran selalu meningkat saat bulan Ramadan tiba.
Sayuran memang menjadi bahan baku utama yang banyak digunakan selama bulan Ramadan. Selain sebagai sumber nutrisi yang penting, sayuran juga memiliki manfaat kesehatan yang sangat baik, seperti vitamin, mineral, dan serat yang diperlukan tubuh setelah seharian berpuasa. Jenis sayuran yang paling laris di bulan Ramadan adalah sayur sop, kangkung, dan bayam. “Sayuran yang paling laris adalah sayur sop, kangkung, dan bayam,” kata Ibu Ini. Sayur-sayuran tersebut banyak dicari karena mudah dimasak dan sering dijadikan menu sahur yang sehat dan ringan.
Untuk memperoleh stok sayuran, Ibu Ini biasa mengunjungi Pasar Rakyat Ciawigebang, yang merupakan pusat perbelanjaan ekonomi terbesar dan terdekat dari Desa Nanggela. Setiap pagi, setelah shalat Subuh, ia bergegas menuju pasar untuk mencari sayuran segar agar bisa kembali dijual di warungnya. Namun, ia mengaku ada kendala saat mencari bahan sayuran. “Kondisi pasar yang ramai sering membuat lalu lintas macet dan menghabiskan waktu lama untuk mendapatkan sayuran yang dibutuhkan,” ungkapnya.
Pada bulan Ramadan, ibu-ibu rumah tangga yang berbelanja di warungnya cenderung membeli dua kali lipat dari biasanya. Hal ini karena mereka mempersiapkan makanan untuk sahur dan buka puasa. “Di bulan Ramadan ini, ibu-ibu belanjanya double, untuk buka puasa dan sahur persediaannya. Biasanya belanja satu kali, sekarang jadi dua kali. Jadi stok sayuran harus ditambah, dan modal juga harus ditambah,” jelasnya.
Untuk menghadapi lonjakan permintaan tersebut, penjual ini memilih untuk menambah stok sayuran. “Saya hanya menambah stok saja, kalau menaikkan harga, nanti pelanggan bisa beralih ke tempat lain yang lebih terjangkau. Jadi saya tetap menjaga harga standar,” ujarnya. Menurutnya, menaikkan harga saat permintaan meningkat bisa berdampak negatif karena pelanggan akan mencari alternatif lain yang lebih murah.
Bulan Ramadan memang menjadi kesempatan emas bagi penjual sayur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan menambah stok dan modal, penjual ini bisa memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan yang membutuhkan sayuran segar selama bulan puasa. Bisnis yang dijalankan pun meraih keuntungan lebih besar selama Ramadan, dan ia berharap usaha ini dapat terus berkembang dan semakin membantu masyarakat di bulan penuh berkah ini.
0 komentar:
Posting Komentar