Rabu, 19 Maret 2025

Remaja Perempuan dan Kecanduan Belanja Online: Tren atau Masalah Serius?


Kuningan, 20 Maret 2025 - Kecanduan belanja online pada remaja perempuan semakin menjadi perhatian serius. Fenomena ini sering dipicu oleh pengaruh media sosial yang menampilkan tren dan gaya hidup tertentu, serta dorongan untuk memenuhi kebutuhan emosional seperti keinginan untuk merasa dihargai atau diakui. Iklan online yang menawarkan diskon dan promosi menarik juga memperburuk kecenderungan untuk berbelanja.

Hana, seorang remaja perempuan berusia 20 tahun yang tinggal di Kuningan, Jawa Barat, menceritakan pengalamannya mulai kecanduan belanja online. “Awalnya, saya hanya ingin mengikuti tren yang ada di media sosial. Tapi lama-kelamaan, saya merasa tertarik membeli barang-barang karena terlihat lucu dan menggemaskan. Semua tampak sangat menggoda, terutama saat ada diskon besar,” ungkap Hana.

Remaja perempuan memang lebih rentan terhadap kecanduan belanja online karena mereka sering terpengaruh oleh budaya yang menekankan pentingnya penampilan. Banyak dari mereka merasa bahwa memiliki barang-barang tertentu adalah cara untuk diterima oleh teman-teman atau masyarakat sekitar. Hal ini diperburuk oleh iklan-iklan online yang menawarkan promosi atau diskon besar yang sulit dihindari.

Fenomena ini juga semakin berkembang karena banyak remaja yang sedang dalam proses pembentukan identitas diri. Mereka seringkali mencari kesenangan atau hiburan melalui pembelian barang-barang yang mereka anggap menarik. Tak jarang, mereka merasa lebih percaya diri dan senang ketika memiliki barang-barang yang terlihat unik atau menggemaskan di mata mereka dan teman-teman mereka.

Namun, kecanduan belanja online ini tidak hanya berdampak pada kondisi keuangan, tetapi juga pada kesejahteraan mental remaja. Ketika pembelian barang tidak dapat memberikan kepuasan yang bertahan lama, banyak remaja merasa cemas atau kecewa, bahkan terjebak dalam perasaan tidak puas. Hal ini menciptakan siklus berulang di mana mereka terus berbelanja untuk mencoba mendapatkan kebahagiaan sementara, namun tidak pernah merasa cukup.

Untuk mengatasi kecanduan belanja online ini, para ahli menyarankan agar remaja diberikan edukasi tentang pengelolaan uang yang baik dan pentingnya membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial. Selain itu, melibatkan remaja dalam kegiatan positif seperti olahraga atau seni dapat menjadi cara yang efektif untuk mengalihkan perhatian mereka dari kebiasaan berbelanja yang berlebihan. Peningkatan kesadaran orang tua dan pendidik juga sangat penting untuk mendukung remaja agar dapat mengelola pengaruh dunia maya dengan bijak.


0 komentar:

Posting Komentar

Kuliner Kaki Lima, Rasa yang Menghidupkan Harapan

Di sela-sela deru kendaraan dan riuh kota yang tak pernah benar-benar tidur, sepasang tangan sibuk menata dagangan di atas trotoar sempit. T...