Minggu, 25 Mei 2025

Sarapan atau Tidak? Semua Tergantung Tubuhmu

 



Sejak kecil, kita sering mendengar kalimat, “Jangan lupa sarapan biar kuat dan enggak lemas.” Enggak heran, karena sarapan memang dikenal sebagai the most important meal of the day. Setelah tidur selama 6 sampai 8 jam atau bahkan lebih tubuh kita sebenarnya dalam kondisi puasa. Tidak ada asupan makanan yang masuk selama itu, sementara organ tubuh, terutama otak, tetap bekerja. Sarapan hadir sebagai “Bahan bakar” pertama yang dibutuhkan tubuh untuk memulai hari.

Otak kita membutuhkan glukosa sebagai sumber energi utama agar bisa berpikir, berkonsentrasi, dan menjaga suasan hati tetap stabil. Tanpa glukosa yang cukup dari makanan, tubuh bisa merasa lemas, kurang fokus, atau bahkan gampang uring-uringan. Bukan cuma itu, sarapan juga membantu menjaga ritme metabolisme tetap seimbang dan mencegah kita makan berlebihan di siang hari karena terlalu lapar. Beberapa orang yang melewatkan sarapan bahkan mengeluh sakit perut, pusing, atau sulit berkonsentrasi saat menghadapi tugas-tugas berat di pagi hari.

Jadi, sarapan bukan sekedar kebiasaan turun-tekomurun, anjuran sarapan punya alasan yang logis dari sisi kesehatan tubuh dan kinerja otak. Tapi, apakah itu berarti semua orang harus sarapan?

Sarapan Bekal Penting untuk Produktivitas

Menurut Ahli Gizi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Tri Kurniawati, menegaskan bahwa edukasi tentang pentingnya sarapan bergizi seimbang perlu terus digalakkan. Menurutnya, sarapan adalah aktivitas penting untuk memulai pagi dengan energi yang cukup. Tidak hanya sekedar kebiasaan, sarapan masuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2014. Artinya, peran sarapan sudah diakui secara resmi dalam paduan hidup sehat masyarakat Indonesia.

Tri Kurniawati menyampaikan bahwa sarapan bisa memenuhi 15% - 30% dari total kebutuhan gizi harian. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi di pagi hari, maka tubuh akan memulai hari dalam kondisi kekurangan energi dan zat gizi, yang berdampak langsung pada produktivitas dan kesehatan. Tidak hanya itu, pada remaja dan orang dewasa, kebiasaan melewatkan sarapan justru bisa memicu pola makan tidak teratur dan berujung pada risiko kegemukan. Hal ini terjadi karena rasa lapar yang ditahan sejak pagi bisa menyebabkan seseorang makan berlebihan saat siang atau sore hari.

Tri Kurniawati juga menjelaskan bahwa perbedaan paling mencolok antara orang yang terbiasa sarapan dengan yang tidak terletak pada kesiapan tubuh dalam menjalani aktivitas harian. Mereka yang sarapan cenderung lebih siap secara fisik dan mental untuk berpikir, bergerak, dan bekerja secara optimal setelah bangun tidur. Sedangkan mereka yang tidak sarapan, terutama jika tidak terbiasa, bisa mengalami gangguan konsentrasi, kelelahan, hingga penurunan daya tahan tubuh.

Melewatkan Sarapan sebagai Pola Sehat?

Di tengah anjuran pentingnya sarapan, tren Intermittent Fasting (IF) justru mengusung pendekatan berbeda. IF adalah metode mengatur waktu makan dengan cara membatasi jendela makan, misalnya hanya makan antara pukul 12.00 hingga 20.00, dan berpuasa selama sisa waktu, termasuk pagi hari. Artinya, dalam pola ini, sarapan justru dilewatkan.

Namun, apakah melewatkan sarapasen saat IF bisa dianggap pilihan yang bijak? Jawabannya: Tergantung

Menurut artikel yang dimuat di laman resmi MurniCare, sarapan saat menjalani IF bisa jadi pilihan bijak, bila tubuh memang membutuhkannya, terutama bagi orang yang punya aktivitas padat sejak pagi. Sarapan dalam kondisi ini membantu menjaga stabilitas energi dan mengurangi risiko makan berlebihan di siang hari karena tubuh tidak terlalu kelaparan saat makan terbuka.

Tapi di sisi lain, bagi mereka yang mengikuti pola puasa 16:8 atau 18:6 secara displin, sarapan justru dianggap bisa mengganggu proses puasa yang sedang berlangsung. Saat tubuh dibiarkan berpuasa lebih lama, proses pembakaran lemak dan sensitivitas insulin meningkat, dua manfaat utama dari IF. Jika seseorang memilih untuk sarapan, jendela puasa otomatis menjadi lebih pendek, sehingga potensi manfaat tersebut bisa berkurang.

 Beberapa studi bahkan menunkonjukkan bahwa melewatkan sarapan tidak selalu berdampak negatif, terutama jika total asupan nutrisi harian tetap terpenuhi dan pola makan dijaga seimbang. Namun, efeknya tetap bisa berbeda-beda tergantung kondjisi kesehatan dan kebiasaan metabolisme masing-masing orang.

Sarapan atau Tidak? Dengarkan Tubuhmu Sendiri

Pada akhirnya, memilih untuk sarapan atau tidak bukan soal ikut-ikutan tren atau memegang teguh kebiasaan lama. Yang terpenting adalah mengenali kebutuhan tubuh kita sendiri. Setiap orang punya ritme tubuh yang berbeda. Ada yang butuh asupan energi di pagi hari untuk bisa fokus dan beraktivitas, ada juga yang merasa lebih nyaman memulai hari tanpa sarapan, terutama jika menjalani pola makan seperti Intermittent Fasting.

Tubuh manusia tidak bekerja dengan pola satu untuk semua. Apa yang baik untuk satu orang belum tentu cocok untuk orang lain. Karena itu, keputusan untuk sarapan sebaiknya tidak didasarkan pada tekanan sosial, asumsi umum, atau sekadar ingin mengikuti gaya hidup tertentu. Dengarkan sinyal tubuhmu: apakah kamu merasa lebih bertenaga setelah sarapan? Atau justru merasa lebih ringan dan fokus tanpa makan pagi?

Jika kamu merasa lemas, sulit konsentrasi, atau punya riwayat kesehatan yang mengharuskan asupan di pagi hari, maka sarapan bisa jadi hal yang penting dan perlu diprioritaskan. Tapi jika tubuhmu tetap prima tanpa sarapan dan kamu tetap bisa memenuhi kebutuhan gizi harian dengan baik, tidak sarapan pun bukan masalah.

Intinya, baik sarapan maupun tidak, keduanya bisa sehat asal dijalani dengan sadar, seimbang, dan sesuai kebutuhan tubuh masing-masing. Jadi, daripada ikut arus, lebih baik pahami tubuhmu sendiri. Karena tubuhmu tahu apa yang terbaik untukmu.

 Anggia Zalfa Afifah - 20230110048 

 

 

 


0 komentar:

Posting Komentar

Kuliner Kaki Lima, Rasa yang Menghidupkan Harapan

Di sela-sela deru kendaraan dan riuh kota yang tak pernah benar-benar tidur, sepasang tangan sibuk menata dagangan di atas trotoar sempit. T...