Senin, 26 Mei 2025

Barak Militer untuk Anak Nakal : Langkah Berani Dedi Mulyadi Tuai Pro-Kontra

Baru-baru ini, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi membuat keputusan atau kebijakan baru yang cukup mengejutkan masyarakat Jawa Barat, terutama orang tua, pelajar, dan tenaga pendidik. Ia mengeluarkan kebijakan untuk mengirim pelajar yang bermasalah ke barak militer. Kebijakan ini tentunya langsung menimbulkan reaksi dari beragam masyarakat, karna dianggap tidak biasa untuk diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia. “Anak-anak yang orang tuanya sudah tidak sanggup lagi mendidik, akan kami wajib militer kan” kata Dedi.

Barak Militer sendiri adalah tempat latihan bagi tentara, di mana semua orang yang berada di dalamnya harus mengikuti aturan yang sangat ketat, mulai dari bangun pagi, melakukan kegiatan fisik, dan hidup dengan penuh kedisiplinan. Tentu saja, suasana seperti ini sangat berbeda dengan lingkungan sekolah atau rumah. Karena itulah, sebagian masyarakat mempertanyakan, apakah suasana yang keras seperti itu cocok untuk mendidik anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan pencarian jati diri?

Pro dan Kontra

Sebagian orang mendukung langkah ini, dengan alasan bahwa beberapa anak memang membutuhkan peraturan yang tegas dan disiplin itu, agar pelajar bisa merubah dirinya menjadi lebih baik lagi. Mereka menganggap bahwa dengan beradanya di lingkungan yang tertib dan teratur, anak-anak bisa belajar bertanggung jawab, mandiri, dan kedisiplinan hidup. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana menyatakan “Pendidikan dan pembentukan karakter kedisiplinan ini,bukan merupakan bentuk pendidikan militer atau pendidikan ala militer, walaupun dilakukan di lingkungan asrama militer”. “Materi yang diberikan adalah materi umum yang biasa ada di sekolah, seperti belajar di kelas, bimbingan konseling, latihan baris berbaris, motivasi, penyuluhan bahaya narkoba, bela negara, hingga  outbound dan permainan kelompok” kata Wahyu Yudhayana.

Di sisi lain,tak sedikit juga yang menilai bahwa cara ini justru bisa berdampak buruk pada kondisi psikologis anak. Anak bisa merasa tertekan, tidak nyaman, bahkan trauma jika tidak diberi pendampingan yang sesuai. “Begitu mereka balik ke sekolah, mereka akan dicap. Relasi sosial akan berubah. Mereka bisa dikucilkan. Belum lagi dampak psikologis jangka panjang kalau tidak ada pendampingan” kata Doni kepada Kompas.com, Jumat. “Itu pendekatan yang keliru. Kalau anak melakukan tindak kriminal, itu ranah hukum. Tapi kalau hanya bolos, malas, atau membuat onar, itu masih ranah pendidikan” kata Doni.

Di tengah ramainya perdebatan mengenai kebijakannya yang mengirim siswa bermasalah ke barak militer, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan respon yang cukup tajam. Bukannya mundur atau mempertimbangkan ulang kebijakan tersebut, Dedi justru menyindir para pihak yang menolak idenya. Ia menilai bahwa penolakan datang dari kelompok elit yakni orang-orang yang berada di posisi nyaman, sering memberikan komentar, tapi tidak terlibat langsung dalam menangani masalah di lapangan. “Pertanyaannya, elit-elit ini ngurusin nggak anak-anak yang tawuran tiap hari? Elit-elit ini ngurusin nggak anak-anak yang tiap hari tidurnya di kolong jembatan? Kan ngga ada yang ngurusin. Cuman komentar saja bisanya” ujar Dedi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

Jumlah siswa

          Sebanyak 272 siswa sekolah menengah atas di Jawa Barat telah dikirim ke Barak Militer. Angka tersebut merupakan akumulasi dari pertama kali kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi itu diberlakukan pada 1 Mei 2025. Dilansir dari TEMPO.CO, Jakarta. ”Mereka semua ini sudah mendapatkan persetujuan dari orang tuanya” ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Jabar Siska Gerfianti dalam acara diskusi Pendidikan Bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) melalu zoom meeting, Kamis 8 Mei 2025.

            Siska memaparkan ratusan siswa itu terdiri dari 106 sekolah yang berbeda. Rinciannya, sebanyak 53 siswa berasal dari sekolah menengah atas (SMA) negeri, dan 6 siswa berasal dari SMA swasta. Sementara dari sekolah menengah kejuruan (SMK) negeri sebanyak 32 siswa dan sisanya sebanyak 15 siswa berasal dari  SMK swasta.

Tujuan Kebijakan

Meskipun kontroversial, kebijakan ini memiliki tujuan yang cukup jelas, yaitu membentuk disiplin, membangun karakter yang lebih baik, dan memperkenalkan rutinitas yang terstruktur dalam kehidupan sehari-hari siswa :

1. Pembentukan Disiplin

2. Pembentukan Karakter Positif

3. Pemberian Rutinitas yang Jelas dan Terarah

Manfaat Kebijakan

Ada pula beberapa manfaat utama yang diharapkan dari kebijakan ini, yang menyasar perubahan pola hidup, karakter, dan cara berpikir siswa :

1. Kedisiplinan

2. Pemanfaatan Waktu secara Positif

3. Pembentukan Kebiasaan Konstruktif

4. Efek Jera


            Tujuan dan manfaat ini menjelaskan bahwa siswa dikirim ke barak militer untuk membentuk kedisiplinan dan karakter yang kuat. Di sana, mereka menjalani rutinitas yang ketat seperti bangun pagi, latihan fisik dan mental, serta pembinaan moral. Tujuannya adalah agar siswa belajar mematuhi aturan, bertanggung jawab, dan menghargai waktu. Program ini juga membantu mengatasi masalah siswa bermasalah yang kurang struktur dalam hidupnya, serta mengarahkan mereka membentuk kebiasaan positif. Efek jera yang diberikan bukan sebagai hukuman, tetapi sebagai pembelajaran atas konsekuensi dari setiap tindakan.

 

Kesimpulan

Kebijakan pengiriman siswa bermasalah ke barak militer yang diterapkan oleh Gubernur Jawa Barat ini merupakan langkah yang tegas. Meskipun menuai pro dan kontra, kebijakan ini bertujuan untuk membentuk kedisiplinan, karakter positif, dan kebiasaan hidup yang terarah bagi pelajar. Melalui pendekatan militer, siswa didorong untuk menjalani rutinitas yang ketat dan kegiatan yang konstruktif setiap hari. Manfaat yang diharapkan antara lain adalah tumbuhnya sikap disiplin, kemampuan memanfaatkan waktu secara positif, pembentukan kebiasaan yang baik, serta munculnya efek jera agar pelajar tidak mengulangi hal yang sama. Ada beberapa negara juga yang menerapkan kebijakan ini, yaitu :

·         Amerika Serikat : Program boot camp untuk remaja bermasalah memiliki tujuan serupa, yakni menanamkan disiplin dan tanggung jawab. Namun, studi menunjukkan bahwa keberhasilan program ini tergantung pada pendekatan yang digunakan. Program ini menggabungkan pelatihan fisik dengan konseling dan Pendidikan nilai lebih efektif dibanding yang hanya fokus pada hukuman fisik.

·         Korea Selatan : Beberapa sekolah menyelenggarakan kamp militer musim panas untuk menanamkan nilai kepemimpinan, kerja sama, dan kemandirian. Namun program ini bersifat sukarela dan lebih fokus pada pengembangan karakter daripada pemmbinaan siswa.

Dengan kata lain, di Amerika beberapa program ini berhasil menanamkan disiplin jangka pendek, terutama pada remaja dengan pelanggaran ringan. Namun, banyak studi menunjukkan bahwa boot camp yang terlalu militeristik dan berorientasi hukuman justru tidak efektif dalam jangka panjang, bahkan meningkatkan risiko pengulangan perilaku negatif setelah program selesai. Sedangkan di Korea Selatan Program ini secara umum diterima baik oleh masyarakat dan dinilai berhasil meningkatkan karakter dan kedisiplinan siswa dalam jangka pendek.

 

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar

Kuliner Kaki Lima, Rasa yang Menghidupkan Harapan

Di sela-sela deru kendaraan dan riuh kota yang tak pernah benar-benar tidur, sepasang tangan sibuk menata dagangan di atas trotoar sempit. T...