Kuningan, 29 Mei
2025 – Teriknya matahari menyengat, aspal terasa panas seperti
panggangan. Kendaraan lalu-lalang sambil sesekali membunyikan klakson, Di
tengah jalan yang sibuk, tukang parkir selalu membantu mengatur lalu lintas
demi kelancaran bersama.
Jalan di daerah Cilaja memang
rawan kecelakaan. Jaka Triatna (30), salah satu juru parkir, mengungkapkan
bahwa pemilik Alfamart yang ada di jalan tersebut memintanya untuk menjaga area
sekitar Alfamart dan simpang empat, karena toko tersebut tidak memiliki satpam.
Ketika sebagian orang khawatir akan premanisme dari tukang parkir, mereka cenderung menganggap tukang parkir sebagai preman jalanan yang hanya meminta uang secara paksa. Namun, Jaka menegaskan bahwa tidak semua tukang parkir seperti itu. Ia bahkan merasa dihargai oleh masyarakat sekitar. “Kalau di sini Alhamdulillah, anak-anak di sini gak kayak gitu.”
Jaka juga mengungkapkan bahwa tukang parkir di Alfamart tersebut tidak pernah memaksa pengendara untuk membayar. “Misalkan kalau ada yang ngasih ya Alhamdulillah, kalau ga dikasih ya kita mah nggak bakal ngomong nggak bakal apa”. Baginya, keselamatan pengendara jauh lebih penting, mengingat kondisi jalan rawan yang mendorong pengendara untuk memacu kendaraannya dengan cepat. Jika tidak ada tukang parkir, jumlah kecelakaan bisa semakin banyak.
Meskipun Jaka dan rekannya tidak
memaksa, mereka tetap sering mendapat bayaran dari pengendara, bahkan kadang
lebih dari yang diharapkan. Setiap tahunnya, mereka juga mengadakan santunan
untuk anak-anak yatim piatu dari kas parkir. “Tiap tahun, ada misalkan santunan
anak yatim piatu dari kas parkir.” Ujar Jaka
Di sini, para tukang parkir juga sudah mulai mendapat perhatian dari sisi perlindungan kerja. Mereka tidak hanya bekerja secara mandiri, tetapi juga terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. “Di sini saya punya BPJS Ketenagakerjaan, ada 8 orang dan sudah resmi,” ujar Jaka dengan bangga. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pekerjaannya informal, mereka tetap berusaha untuk memiliki jaminan sosial demi keamanan di masa depan.
Pekerjaan ini memang bukan untuk
orang yang mentalnya belum kuat. Untuk menerima atau menjalani pekerjaan ini,
dibutuhkan mental yang tangguh karena harus siap menghadapi berbagai omongan
negatif dari orang-orang. “Kalau masih belum ada pekerjaan, janganlah ngikutin
kita kayak gini, kalau belum cukup mental itu udah down.” Saran Jaka.
Namun hal ini tidak menghalangi
Rohadi (32), rekan Jaka, untuk menjalani pekerjaan ini sebagai sampingan.
Menurutnya, pekerjaan ini sangat membantu ekonomi keluarganya saat bengkel
tempat ia bekerja sedang sepi. “Kerja di sini ya lumayan buat tambah-tambah
pemasukan, buat istri dan anak.” Ujar Rohadi. Begitu pula dengan Jaka yang
dulunya memiliki usaha warung. Ia tetap mengambil pekerjaan ini demi menambah
penghasilan bagi keluarganya.
Disusun oleh: Kelompok 3
Dara Tisya Ningrum
Fina Isnaini Syafiqa
Pauzan Eka Eswandi
Satria Ramadhan
0 komentar:
Posting Komentar