Jumat, 23 Mei 2025

Bukan Sekadar Malas: Fakta Ilmiah di Balik Kebiasaan Menunda dan Cara Menghentikannya

 


Menunda pekerjaan atau tugas, dalam psikologi dikenal sebagai prokrastinasi, merupakan fenomena universal yang dialami oleh berbagai kalangan. Menurut American Psychological Association (2010), sekitar 20% orang dewasa di Amerika Serikat tergolong sebagai prokrastinator kronis, yakni individu yang secara konsisten menunda pekerjaan hingga mendekati batas waktu penyelesaian. Di Indonesia, perilaku ini juga sangat menonjol, khususnya di lingkungan akademik. Studi yang dilakukan oleh Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (2018) mengungkapkan bahwa 69% mahasiswa mengalami prokrastinasi, dan 11% di antaranya berada pada tingkat berat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Riza (2012) dan Fardila (2008) menunjukkan bahwa antara 50% hingga 81% mahasiswa Indonesia pernah mengalami prokrastinasi akademik dalam berbagai tingkatan. Data ini menegaskan bahwa menunda bukan sekadar kebiasaan sepele, melainkan masalah yang meluas dan patut mendapat perhatian serius.



Mengapa Kita Menunda?


Kebiasaan menunda tidak muncul tanpa sebab. Terdapat beberapa faktor utama yang menjadi pemicu perilaku ini. Ketakutan akan kegagalan atau perfeksionisme merupakan salah satu alasan yang paling dominan. American Psychological Association (2010) menyebutkan bahwa individu yang memiliki standar tinggi sering kali menunda pekerjaan karena khawatir hasilnya tidak sempurna. Selain itu, kurangnya motivasi juga menjadi faktor signifikan. Tugas yang terasa berat, membosankan, atau tidak sesuai minat cenderung dihindari, sehingga otak lebih memilih aktivitas yang memberikan kepuasan instan. Manajemen waktu yang buruk turut memperburuk situasi. Banyak orang merasa kesulitan menentukan kapan harus mulai bekerja dan bagaimana mengatur waktu secara efektif, sehingga akhirnya memilih menunda pekerjaan. Di era digital, distraksi dari gadget dan media sosial menjadi tantangan tersendiri. Godaan untuk membuka media sosial sangat besar sehingga fokus mudah terpecah dan pekerjaan utama terbengkalai.

Lebih dari Sekadar Waktu yang Terbuang


Dampak menunda pekerjaan tidak hanya terbatas pada hilangnya waktu, tetapi juga berpengaruh besar terhadap kualitas hidup seseorang. Detik Edu (2023) menyoroti bahwa stres merupakan konsekuensi paling nyata dari kebiasaan ini. Semakin mendekati batas waktu, tingkat kepanikan dan stres meningkat, yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik. Selain itu, kualitas hasil kerja juga menurun karena dikerjakan secara terburu-buru dan sering kali harus direvisi ulang. Rasa bersalah dan menurunnya kepercayaan diri menjadi masalah serius berikutnya. Seseorang yang sering menunda akan merasa gagal memenuhi tanggung jawab, sehingga kepercayaan dirinya menurun. Tidak jarang pula kesempatan berharga seperti magang, beasiswa, atau kolaborasi hilang karena keterlambatan bertindak.

 

Strategi Efektif Mengatasi Kebiasaan Menunda


Mengatasi prokrastinasi membutuhkan pendekatan yang terstruktur dan konsisten. Salah satu langkah awal yang direkomendasikan oleh para ahli adalah menyusun daftar tugas sederhana dan realistis agar pekerjaan terasa lebih terstruktur dan terukur. Teknik Pomodoro, yaitu metode bekerja fokus selama 25 menit lalu istirahat 5 menit, terbukti efektif menjaga konsentrasi dan mencegah kelelahan. Memulai dari tugas-tugas kecil dapat membangun motivasi dan momentum untuk menyelesaikan pekerjaan yang lebih besar. Selain itu, membatasi distraksi digital dengan mematikan notifikasi media sosial atau menggunakan aplikasi pengatur waktu sangat membantu menjaga fokus selama bekerja. Memberikan penghargaan pada diri sendiri setelah menyelesaikan tugas juga dapat menjadi motivasi tambahan. Terakhir, mengingat kembali tujuan dan manfaat dari setiap tugas yang dikerjakan, seperti demi nilai akademik yang baik atau pengembangan diri, akan memperkuat motivasi internal untuk tidak menunda pekerjaan.

Menunda Bukan Solusi, Mulailah Sekarang

Menunda pekerjaan memang terasa nyaman pada awalnya, namun kenyataannya kebiasaan ini justru menjauhkan seseorang dari tujuan utama dan menimbulkan berbagai dampak negatif, baik secara psikologis maupun praktis. Data dari American Psychological Association (2010), Studi Fakultas Psikologi UGM (2018), serta penelitian oleh Riza (2012) dan Fardila (2008) menunjukkan bahwa prokrastinasi adalah masalah nyata yang dihadapi banyak orang. Dengan memahami penyebab dan dampaknya, serta menerapkan langkah-langkah strategis, kebiasaan menunda dapat diminimalkan. Konsistensi dalam melawan rasa malas dan membangun kebiasaan positif akan membawa perubahan besar dalam kehidupan, baik di bidang akademik maupun profesional.


Referensi:

  • American Psychological Association (2010)
  • Studi Fakultas Psikologi UGM (2018)
  • Riza, 2012; Fardila, 2008
  • Detik Edu (2023) tentang dampak menunda tugas pada kesehatan mental mahasiswa
Oleh Revina Mardiani (20230110004)

0 komentar:

Posting Komentar

Kuliner Kaki Lima, Rasa yang Menghidupkan Harapan

Di sela-sela deru kendaraan dan riuh kota yang tak pernah benar-benar tidur, sepasang tangan sibuk menata dagangan di atas trotoar sempit. T...