Sabtu, 28 Juni 2025

Mie Gacoan dan Perubahan Wajah Kawasan: Apakah Nasib Pedagang Kaki Lima Masih Sama?






Kuningan, Jawa Barat, 12 April 2025 – Restoran waralaba Mie Gacoan resmi membuka cabang di Jl. Aruji Kartawinata, Kuningan, pada Sabtu, 12 April 2025. Kehadiran restoran modern ini langsung membawa perubahan besar pada wajah kawasan kuliner yang sebelumnya didominasi pedagang kaki lima.

Sebelum Mie Gacoan hadir, kawasan Jl. Aruji Kartawinata dikenal sebagai pusat jajanan kaki lima. Puluhan pedagang bakmi, dimsum, es cincau, dan makanan tradisional lainnya memenuhi trotoar, menjadi tujuan utama warga dan wisatawan untuk menikmati kuliner khas daerah. Namun sejak pembukaan Mie Gacoan, para pedagang kaki lima mulai merasakan dampak persaingan yang ketat.

Pedagang Bakmi Sansan yang sudah lama berjualan di kawasan tersebut, mengaku omzetnya sempat turun hingga 40 persen pada awal kehadiran Mie Gacoan. “Pertama tambah rame, yang kedua pas awal-awal buka agak ngaruh ke saya si jadi kurang soalnya sama-sama mie kan ya, tapi kan awal-awal doang lama-lama stabil lagi. Tapi mungkin bagi pedagang yang lain semenjak adanya Gacoan ini ada efek kebantunya si dari keramaiannya. Kan mungkin sambil nunggu, jajan dulu yang lain, sampai sekarang kan masih rame yah. Ada sih perubahannya, malah sempat mengurang 40% bagi saya, tapi seiring berjalannya waktu meningkat lagi, ya itu kebantu sama Ceu Epik. Alhamdulillah sekarang naik lagi, ya paling 60-70 porsi saya ngejual. Kalau strategi belum, kita tetap aja sama kok kayak awal-awal buka. Ya mungkin cuma itu keuntungan dari Ceu Epik hadir sendiri di sini tanpa diundang. Harapan ke depannya stabil, soalnya biar tetap ke kitanya rame juga,” jelas Pedagang Bakmi Sansan.

Dari sisi pengunjung, Mie Gacoan menawarkan keunggulan yang sulit disaingi pedagang kaki lima. Rara, salah satu pelanggan, menuturkan, “Kita milih Gacoan karena di sini tempatnya nyaman, bisa buat nongkrong, service-nya bagus, dan murah. Kelebihan Gacoan sendiri kan udah ada SOP-nya, jadi dibandingkan UMKM yang cuma apa adanya dan mereka menjalankan usahanya sendiri, sedangkan di sini kan udah ada karyawan dan sebagainya jadi terstruktur.”

Aldi, pengunjung lainnya, menilai Mie Gacoan punya keunikan rasa dan pilihan level pedas yang tidak ditemukan di jajanan kaki lima. “Mie Gacoan sendiri menurut saya kaya punya ciri khas tersendiri, terus selain rasanya enak, Gacoan juga punya pilihan rasa yang unik, terus punya beberapa pilihan level pedesnya juga, jadi cocok lah buat berbagai selera kita, berbeda dengan jajanan yang ada di UMKM gitu kan cuma gitu-gitu doang, kurang menariklah.”

Meski begitu, kehadiran Mie Gacoan tidak sepenuhnya mematikan usaha kaki lima. Rara menambahkan, “Saya pernah jajan dimsum SR dan juga ada es cincau. Untuk harga dimsum sendiri terbilang cukup murah ya, lima belas ribu seporsi, dan untuk cincau sendiri harganya murah banget, cuma lima ribu tapi rasanya udah enak. Menurut saya sendiri ada plus minusnya ya kak, plus minusnya itu kalo untuk pedagang kaki lima mungkin spotlight-nya ke Mie Gacoan itu negatif ya, tapi kalo misalkan si UMKM atau pedagang kaki limanya kreatif, pedagang sekitar sana juga ikut rame karena kehadiran Gacoan. Misalkan banyak yang ngantri di Gacoan, kan bisa jajan dulu ke sekitar sana gitu.”

Fathan, mahasiswa pendidikan ekonomi, menilai kehadiran Mie Gacoan membawa dampak ganda. “Dampak positifnya meningkatkan pendapatan daerah, karena branding Gacoan kuat dan pajak dari usaha ini cukup besar. Tapi dampak negatifnya, pedagang kaki lima jadi sulit bersaing. Branding dan sistem Gacoan sudah kuat, sementara kaki lima kapasitasnya terbatas. Untuk menyaingi Mie Gacoan, pedagang kaki lima cukup susah, tetapi keduanya punya keunggulan masing-masing. Solusi yang bisa dilakukan adalah pendampingan, inovasi, dan kerjasama, serta akses ke modal usaha.”

Sejak pembukaan Mie Gacoan, omzet pedagang kaki lima sempat menurun tajam, namun seiring waktu, sebagian pedagang mampu beradaptasi dan memanfaatkan keramaian pengunjung Mie Gacoan untuk menarik pembeli baru. Beberapa pedagang bahkan mengaku terbantu karena pelanggan yang menunggu antrean di Mie Gacoan kerap membeli jajanan di sekitar.

Kehadiran restoran waralaba seperti Mie Gacoan memang membawa tantangan bagi pelaku usaha kecil. Namun peluang tetap terbuka bagi pedagang kaki lima yang mampu berinovasi dan beradaptasi. Harapannya, keberagaman usaha di ruang publik tetap terjaga dan semua pelaku ekonomi dapat tumbuh bersama di tengah persaingan yang semakin ketat.

0 komentar:

Posting Komentar

AKU INGIN INDONESIA BEBAS DARI BULLYING DI ERA SEKOLAH MAUPUN DI DUNIA DIGITAL

Sekolah merupakan institusi penting dalam pembentukan karakter dan pengembangan potensi generasi muda. Didalam nya, siswa diharapkan mempero...