Di sela-sela deru kendaraan dan riuh kota yang tak pernah benar-benar tidur, sepasang tangan sibuk menata dagangan di atas trotoar sempit. Tak ada atap permanen, hanya payung lusuh penangkal terik dan hujan. Namun dari tempat itulah, pedagang kaki lima menggantungkan harapan. Bukan sekadar mencari nafkah, tapi merajut mimpi tentang pendidikan anak, rumah yang lebih layak, hingga kehidupan yang lebih tenang. Langkah mereka mungkin kecil, tapi semangatnya menghidupi denyut kota ini.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Jawa Barat Pada tahun 2023, tercatat 16.485 unit usaha mikro dan kecil di Kabupaten Kuningan, mayoritas berupa pedagang kaki lima. Di balik angka tersebut, tersimpan perjuangan berat menghadapi keterbatasan modal, cuaca tak menentu, dan persaingan yang ketat. Meski menjadi tulang punggung ekonomi lokal, kehidupan mereka tetap rapuh dan sangat membutuhkan dukungan untuk bertahan dan berkembang.
Salah satu pedagang yang ditemui di lokasi mengungkapkan bahwa dirinya mulai berjualan di tempat tersebut sejak tahun 2021. Sebelumnya, ia sempat berjualan di sisi barat area itu, namun kemudian memutuskan untuk pindah ke lokasi sekarang demi mendapatkan tempat yang lebih strategis dan ramai pengunjung. “Awalnya saya bukan berjualan di sini, tapi di barat. Lalu pindah ke sini tahun 2021,” ujarnya. Ia mengaku cukup nyaman berjualan di lokasi saat ini meskipun tetap ada tantangan yang harus dihadapi.
Tantangan yang dimaksud terutama berkaitan dengan kondisi cuaca. Salah satu pedagang lainnya mengatakan bahwa meskipun secara umum tidak ada kesulitan besar dalam berdagang, namun ketika cuaca tidak mendukung seperti hujan deras yang turun dari siang hingga malam, aktivitas jual beli menjadi sangat sepi. “Kalau hujan dari siang sampai malam, ya begini lah resikonya orang dagang. Pembeli jadi malas keluar rumah,” tuturnya sambil merapikan barang dagangannya. Kondisi ini membuat para pedagang harus bersabar dan tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menarik minat pelanggan di tengah cuaca yang tidak bersahabat.
Selain persoalan cuaca, ketersediaan tempat untuk berjualan juga menjadi perhatian penting bagi para pedagang. Seorang pedagang yang sudah berjualan selama lima tahun berharap agar pemerintah dapat memperhatikan kebutuhan para pelaku usaha kecil dengan menyediakan lahan atau tempat yang lebih luas dan layak. “Kalau bisa sih memperbanyak lahannya, supaya semua pedagang punya tempat berjualan yang layak,” katanya. Ia menilai bahwa ketersediaan tempat usaha yang memadai merupakan salah satu bentuk dukungan nyata dari pemerintah terhadap pengembangan ekonomi rakyat kecil.
Tak hanya itu, bagi sebagian pedagang, usaha yang mereka jalankan ini bukan sekadar mencari nafkah harian, melainkan juga sebagai harapan untuk masa depan keluarga. Salah seorang pedagang dengan penuh semangat menyampaikan harapannya agar usahanya bisa berkembang dan membuka cabang baru di masa depan. “Semoga saya bisa menambah cabang untuk menghidupi keluarga,” ujarnya sambil tersenyum. Harapan tersebut mencerminkan semangat dan tekad para pelaku usaha kecil dalam membangun kehidupan yang lebih baik, meski di tengah keterbatasan dan tantangan yang mereka hadapi setiap hari.
Di balik asap gorengan dan tumpukan piring plastik, tersimpan harapan yang tak pernah padam.
Bagi mereka, dagangan ini bukan sekadar soal makan, tapi tentang martabat, mimpi, dan masa depan.
Maka, saat kita menikmati makanan kaki lima, mari kita lihat lebih dalam. Ada tangan-tangan gigih yang bekerja, dan ada harapan yang terus menyala.
0 komentar:
Posting Komentar