Senin, 16 Juni 2025

#KaburAjaDulu: Ketika Anak Muda Merasa Pergi adalah Solusi

 


Belakangan ini, tagar #KaburAjaDulu ramai diperbincangkan di media sosial. Lebih dari sekadar tren viral, tagar ini mencerminkan keresahan mendalam generasi muda Indonesia terhadap kondisi sosial dan ekonomi yang mereka hadapi saat ini. Banyak anak muda merasa terjebak dalam situasi yang stagnan, dan keinginan untuk “kabur” atau mencari peluang di luar negeri pun semakin kuat.

Salah satu penyebab utamanya adalah terbatasnya lapangan kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk kelompok usia 15–24 tahun mencapai 17,32%, menjadikannya kelompok usia dengan tingkat pengangguran tertinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. Kondisi ini diperburuk oleh rendahnya tingkat gaji yang diterima oleh pekerja muda. Laporan BPS pada Februari 2025 mencatat bahwa rata-rata upah/gaji buruh atau karyawan di Indonesia hanya sekitar Rp3,09 juta per bulan, jumlah yang dianggap tidak memadai jika dibandingkan dengan biaya hidup yang terus meningkat. Selain itu, sistem pendidikan dan dunia kerja dinilai belum cukup menghargai kreativitas dan inovasi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, bahkan menyatakan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini kurang mengapresiasi kreativitas, yang berdampak pada rendahnya penghargaan terhadap lulusan perguruan tinggi maupun inovator muda.

Fenomena #KaburAjaDulu ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya brain drain, yaitu migrasi tenaga kerja terampil ke luar negeri. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Kita bisa kehilangan banyak talenta unggul karena mereka lebih memilih berkarier di luar negeri, di mana prospek masa depan dinilai lebih menjanjikan. Kurangnya tenaga ahli dalam negeri bisa menghambat inovasi dan memperlambat pertumbuhan industri lokal, sehingga membuat Indonesia semakin sulit bersaing secara global. Selain itu, kesenjangan kesejahteraan pun bisa semakin melebar karena kualitas sumber daya manusia yang tertinggal di dalam negeri menjadi timpang.

Untuk mengatasi tantangan ini, perlu adanya langkah konkret dari berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dengan menyesuaikan upah terhadap inflasi dan biaya hidup. Lingkungan kerja yang kompetitif dan adil harus diciptakan untuk mendorong inovasi serta memberikan kesempatan setara bagi semua kalangan. Pendidikan juga harus diperkuat, dengan memberikan akses yang lebih luas terhadap beasiswa dan fasilitas belajar yang memadai, terutama bagi masyarakat yang kurang mampu. Tak kalah penting, penyederhanaan birokrasi menjadi langkah strategis untuk mengurangi hambatan administratif yang selama ini menghambat pengembangan karier dan usaha.

Pada akhirnya, fenomena #KaburAjaDulu adalah refleksi nyata dari aspirasi generasi muda yang mendambakan masa depan yang lebih baik. Ini menjadi sinyal penting bahwa Indonesia perlu segera berbenah, agar anak mudanya tidak perlu merasa bahwa satu-satunya cara untuk berkembang adalah dengan meninggalkan tanah air. Sudah saatnya seluruh elemen bangsa bersinergi menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan, inovasi, dan kesejahteraan generasi muda.


Oleh: Muhamad Rafid Thufail

0 komentar:

Posting Komentar

Kuliner Kaki Lima, Rasa yang Menghidupkan Harapan

Di sela-sela deru kendaraan dan riuh kota yang tak pernah benar-benar tidur, sepasang tangan sibuk menata dagangan di atas trotoar sempit. T...