Belakangan ini, tagar #KaburAjaDulu
ramai diperbincangkan di media sosial. Lebih dari sekadar tren viral, tagar ini
mencerminkan keresahan mendalam generasi muda Indonesia terhadap kondisi sosial
dan ekonomi yang mereka hadapi saat ini. Banyak anak muda merasa terjebak dalam
situasi yang stagnan, dan keinginan untuk “kabur” atau mencari peluang di luar
negeri pun semakin kuat.
Salah
satu penyebab utamanya adalah terbatasnya lapangan kerja. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka
(TPT) untuk kelompok usia 15–24 tahun mencapai 17,32%, menjadikannya kelompok
usia dengan tingkat pengangguran tertinggi dibandingkan kelompok usia lainnya.
Kondisi ini diperburuk oleh rendahnya tingkat gaji yang diterima oleh pekerja
muda. Laporan BPS pada Februari 2025 mencatat bahwa rata-rata upah/gaji buruh
atau karyawan di Indonesia hanya sekitar Rp3,09 juta per bulan, jumlah yang
dianggap tidak memadai jika dibandingkan dengan biaya hidup yang terus
meningkat. Selain itu, sistem pendidikan dan dunia kerja dinilai belum cukup
menghargai kreativitas dan inovasi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem
Makarim, bahkan menyatakan bahwa sistem pendidikan Indonesia saat ini kurang
mengapresiasi kreativitas, yang berdampak pada rendahnya penghargaan terhadap
lulusan perguruan tinggi maupun inovator muda.
Fenomena
#KaburAjaDulu ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya brain drain, yaitu
migrasi tenaga kerja terampil ke luar negeri. Dalam jangka panjang, hal ini
dapat berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Kita bisa kehilangan
banyak talenta unggul karena mereka lebih memilih berkarier di luar negeri, di
mana prospek masa depan dinilai lebih menjanjikan. Kurangnya tenaga ahli dalam
negeri bisa menghambat inovasi dan memperlambat pertumbuhan industri lokal,
sehingga membuat Indonesia semakin sulit bersaing secara global. Selain itu,
kesenjangan kesejahteraan pun bisa semakin melebar karena kualitas sumber daya
manusia yang tertinggal di dalam negeri menjadi timpang.
Untuk
mengatasi tantangan ini, perlu adanya langkah konkret dari berbagai pihak.
Pemerintah perlu meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dengan menyesuaikan
upah terhadap inflasi dan biaya hidup. Lingkungan kerja yang kompetitif dan
adil harus diciptakan untuk mendorong inovasi serta memberikan kesempatan
setara bagi semua kalangan. Pendidikan juga harus diperkuat, dengan memberikan
akses yang lebih luas terhadap beasiswa dan fasilitas belajar yang memadai,
terutama bagi masyarakat yang kurang mampu. Tak kalah penting, penyederhanaan
birokrasi menjadi langkah strategis untuk mengurangi hambatan administratif
yang selama ini menghambat pengembangan karier dan usaha.
Pada
akhirnya, fenomena #KaburAjaDulu adalah refleksi nyata dari aspirasi generasi
muda yang mendambakan masa depan yang lebih baik. Ini menjadi sinyal penting
bahwa Indonesia perlu segera berbenah, agar anak mudanya tidak perlu merasa
bahwa satu-satunya cara untuk berkembang adalah dengan meninggalkan tanah air.
Sudah saatnya seluruh elemen bangsa bersinergi menciptakan ekosistem yang
mendukung pertumbuhan, inovasi, dan kesejahteraan generasi muda.
Oleh: Muhamad Rafid Thufail
0 komentar:
Posting Komentar